F01.4. Bupati Buton Selatan Agus Feisal Hidayat memberikan pemahaman kepada masyaraat terkait JatiBupati Buton Selatan Agus Feisal Hidayat memberikan pemahaman kepada masyaraat terkait Jati

Peliput: Amirul

BATAUGA,BP-Hutan Sampolawa dan Batauga yang dipenuhi rimbunnya pohon jati sebagai wilayah resapan air. Hutan didua wilayah tersebut kini telah gundul, dirambah sejak beberapa tahun lalu. Akibatnya, daerah serapan itu tidak dapat membendung curah hujan cukup tinggi hingga mengakibatkan banjir dan menerjang pemukiman warga, sekolah bahkan masjid.

Kepala bidang Jaminan sosila dan tagana, La Hasifu, mencatat ada sekitar 122 KK atau 525 jiwa di Kecamatan Batauga yang menjadi korban banjir beberapa hari lalu. Yakni di Kelurahan Masiri, Lakambau dan Majapahit. Kata dia, untuk diwilayah Kecamatan Sampolawa, pihaknya belum mendapatkan data yang valid tentang seberapa besar dampak yang ditimbulkan banjir tersebut dan berapa jumlah warga yang kena musibah. Tetapi menurut informasi, di Lipumangau juga terkena banjir.

“Memang disana juga banjir tetapi kami belum mendapat data yang valid berapa jumlah warga yang terkena musibah,” tukasnya.

Bupati Buton Selatan, Agus Feisal Hidayat S.Sos MSi menilai banjir yang melanda wilayah pemukiman warga di dua kecamatan yakni Sampolawa dan Batauga, erat kaitannya dengan perambahan hutan yang terjadi beberapa tahun belakang ini.
“Ada kaitannya banjir ini dengan perambahan hutan jati diwilayah Sampolawa dan Batauga. Secara pasti iya,” ucap Agus Feisal, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, dari data dinas kehutanan propinsi, kerusakan hutan yang terjadi di Sampolawa kurang lebih 400 hektar. Kata dia, luasan wilayah itu baru satu titik dan belum dihitung kerusakan hutan wilayah Batauga. Menurutnya, terjadinya banjir dibeberapa wilayah Buton Selatan bukan hanya faktor tinggi curah hujan yang terjadi beberapa hari lalu, tetapi disebabkan perambahan hutan yang telah meluas sehingga wilayah hutan yang mestinya menjadi resapan air tidak berfungsi.

“Bukan hanya curah hujan yang cukup tinggi tetapi karena tidak ada lagi wilayah resapan air. Karena kerusakan hutan semakin meluas,” ucapnya.

Langkah yang diambil pemerintah untuk mengantisipasi banjir, kata Agus Feisal, akan menormalisasi sungai-sungai mati dibeberapa titik rawan banjir di dua kecamatan tersebut. Namun rencana tersebut akan diporsikan sesuai dengan kemampuan daerah.
“Kedepan kita akan normalisasi sungai mati, kan kita ini banyak sungai mati. Disaat musim-musim hujan seperti ini, sungai mati tersebut tidak menyalurkan air dengan baik. Tetapi kita akan lihat sesuai dengan kemampuan anggaran daerah,”pungkasnya.(*)

Visited 1 times, 1 visit(s) today