f.06 Asni Isnawati SPd MPd guru yang mempopulerkan Tana Wolio di Rusia. IST

KETIKA lirik lagu Tana Wolio dinyanyikan sekelompok paduan suara anak-anak sekolah dasar di Rusia, rasanya tak percaya! Ada yang mengira itu lipsing, tetapi segera terklarifikasi dengan keterpaduan musik, koreo, dan gerak bibir mereka yang melafalkan bahasa Wolio di setiap liriknya.

YUHANDRI HARDIMAN, BAUBAU

RASA bangga itu ada, menampar dan mengingatkan kita untuk kembali mencintai budaya dan karsa kita, mencintai tatanan yang telah diletakkan sejak dulu oleh para leluhur orang-orang Buton, menjaga kearifan lokal bersama seni dan kekayaan budayanya. Lagu Tana Wolio akan membangkitkan rasa cinta daerah bukan hanya Kota Baubau, bahkan juga Sulawesi Tenggara.

Yang menjadi pertanyaan publik, siapa orang yang telah mengajarkan lagu Tana Wolio di negeri beruang merah itu? Orang mengira itu adalah kerjaan German Dimitriev pemusik biola asal Rusia yang pernah duet dengan pedangdut dari Kota Baubau Fildan Rahayu di studio Indosiar. Ini sedikit logis karena Dimitriev memiliki misi untuk menjembatani Indonesia dan Rusia lewat musik dan pernah menggemakan lagu Indonesia Pusaka di salah satu stasiun TV di rusia.
Rasanya luar biasa ketika orang asing menyanyikan lagu nasional Indonesia Pusaka yang jelas membangkitkan rasa cinta tanah air kita. Hal yang tidak mungkin menurut nalar, karena Pulau Buton bahkan orang Rusia tidak tahu di mana kordinatnya, tiba-tiba saja menyebar video melalui alat jejaring sosial dan internet Lagu Tana Wolio dinyanyikan kelompok paduan suara anak-anak SD di Rusia. Mereka siswa-siswi MUNICIPAL BUDGETARY EDUCATIONAL INSTITUTION (MBEI) OF SECONDARY EDUCATION SCHOOL NAMED BY THE RUSSIAN HERO V.V MATVEEV OF LESNOY URBAN DISTRICT. MOSCOW REGION. Dan juga ada paduan suara versi orang dewasa, ternyata mereka adalah para wakil rektor, para kepala sekolah dan guru di acara pelepasan siswa-siswi itu untuk berkunjung ke Indonesia dan menyanyikan Lagu Tana Wolio di KBRI di Moskow.

Tambah tidak karuan saja bangga bercampur bahagia menyelimuti langit Baubau. Siapa mereka, apa misinya sampai orang-orang bule itu harus menyanyikan lagu daerah Tana Wolio? Lagu Tana Wolio cukup terkenal di Sulawesi Tenggara dan semakin terkenal ketika dinyanyikan di studio Indosiar oleh Walikota Baubau Dr AS Tamrin MH saat mendukung penyanyi dangdut bertalenta Fildan Rahayu.

AS Tamrin bahkan tidak pernah merencanakan akan menyanyikan lagu Tana Wolio. Ketika diberi kesempatan menyanyi oleh Irvan Hakim dan Rina Nose, walikota lantas menyanyikan Lagu Tana Wolio yang mulai detik itu menggema di seantero nusantara.

“Lagu ini cukup terkenal bahkan sering dinyanyikan sejak kami SD dulu, hampir setiap hari lagu Tana Wolio ini dinyanyikan oleh almarhum mama saya. Dan sampai sudah menikah pun saya dan suami sama-sama menyukai lagu ini dan beliau sering mengiringi teman-teman pada lomba vokal group Kendari,” ujar Asni Isnawati SPd MPd, guru kelahiran Kendari 17 Juni 1971.

Dialah yang telah mengajari anak-anak Rusia untuk menyanyikan lagu Tana Wolio. Bukan hanya lagu Tana Wolio, lagu Bura Satongka juga sudah diajarkan kepada anak-anak Rusia, termasuk molulo. Orang Rusia cukup tertarik dengan itu semua.

Asni Isnawati memilih lagu Tana Wolio disamping sudah dikenali di tingkat nasional juga karena merupakan salah satu lagu kebanggaan masyarakat Pulau Buton. “Terlepas dari itu semua yang terpenting kami ingin memperkenalkan daerah kami di mata dunia,” tulis Asni di alat jejaring masengger, ibu dari lima anak, buah perkawinannya dengan Sudirham SPd MEd ini. Putra-putri mereka di antaranya Aprilia Fatmadini Eka Pradani, Desrival Suryadias Pradana, Meiditha Tridianti Pratiwi, Juneth Wahyudias Pratama, dan Januarsyah Putradias Prasetya.
“Kami berharap melalui lagu tanah wolio kami bisa mendapat pertanyaan lebih banyak tentang asal lagu daerah tersebut sehingga kesempatan bagi kami untuk menjelaskan panjang lebar tentang Pulau Buton nan indah dengan pemandangan alam yang dimiliki ..selain itu pulau Buton juga memiliki benteng terpanjang dan juga merupakan suatu wilayah pusat kerajaan Islam dengan budaya klasik yang hingga hari ini masih terus dipertahankan oleh masyarakatnya,” jelasnya.

Pulau Buton dan Benteng Keraton Kesultanan Buton diperlihatkan secara langsung melalui youtube. “Kalimat pertama yang keluar adalah …WOW AMAZING…WE WILL GO TO THIS PLACE…WE WILL GO TO VISIT TANA WOLIO… .”
Asni dan Suaminya Sudirham penasaran dengan Keraton Jogjakarta dan solo yang dikenal secara nasional dan internasional. Di buku-buku sejarah pun tidak ada yang membahas tentang salah satu pusat Kerajaan Islam terbesar di Pulau Buton dengan adat istiadat yang masih dipertahankan. Sehari-hari ibu Asni mengajar di sekolah Indonesia di Moscow. Sehingga tidak sulit baginya dan sudah biasa berinteraksi dengan anak-anak dan dunia pendidikan di Moscow. Karena faktor kedekatan sehingga dengan mudah informasi diterima oleh mereka. Kesempatan ini digunakan dengan baik untuk memperkenalkan daerah.
“Alhamdulillah Pak…anak-anak sini hanya butuh latihan seminggu sekali selama 4 minggu untuk bisa melafalkan bahasa Wolio. Mereka anak-anak yang cerdas pak dan memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk menghafalkan lagu ini.”

Ia dan suaminya tidak secara langsung mengajari. Ia hanya mengundang wakil rektor di salah satu iniversitas ternama di Moscow, beberapa wakil kepala sekolah, guru dan siswa SMP serta SMA dan juga salah seorang komposer Rusia. Melalui mereka kemudian lagu daerah ditularkan di beberapa sekolah tempat para guru itu mengajar.

Hari pertama diajarkan sangat kesulitan dalam membaca huruf-huruf Indonesia. Huruf orang Rusia berbeda dengan abjad Indonesia di dalam penulisan dan penyebutan. Saat dilatih lagu Tana Wolio, mereka diberikan teks dan dilatih menyanyikan lagunya. Rupanya sulit dan mereka mencoba menyanyi sambil geleng-geleng kepala.

“Hehehe….kacau Pak…benar benar kacau..!
Karena mereka juga kesulitan dalam membaca huruf huruf kita.”
Terpaksa harus diajari cara membaca versi Indonesia sekaligus belajar bahasa Indonesia. Saat itu diperdengarkan lagu tana wolio dari youtube untuk mempercepat pemahaman mereka. “Dan hasilnya luar biasa,” kata ibu yang suka makan ubi dan sinonggi ini.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi Asni dan suaminya apabila kesenian daerah dan lagu daerah bisa dikenal oleh orang luar negeri. Dorongan ini dipicu kesedihan saat tiba di Moscow Rusia dan ditanya apakah kalian dari Malaysia? “Bukan kami dari Indonesua.” Mereka balik bertanya lagi dari Jakarta? “Bukan,” jawabnya. Mereka bertanya lagi apakah dari Bali atau Papua?
Dari sinilah lahir inspirasi untuk memperkenalkan budaya daerah di negara beruang merah ini. Di Buton punya banyak tempat wisata alam dan bahasa tersendiri yang menurutnya harus mendunia. Dan alhamdulillah ternyata kami bisa….dan kami belum merasa puas Pak sebelum membawa beberapa orang Rusia ke tana Wolio, Pulau Buton,” tulisnya.

Sekelompok orang dewasa di salah satu ruangan menyanyikan lagu tana wolio diiringi alat musik gitar. Itu adalah suasana di wisma Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) saat acara ramah tamah pelepasan peserta Menuju Indonesia dalam rangka belajar Bahasa Indonedia selama 10 hari di Kantor Bahasa RI di Jakarta. Selanjutnya delegasi akan menuju Kendari untuk penandatanganan MOU dengan sister school yang ada di Kendari dan Palu, sekaligus merupakan kunjungan balasan di Universitas Haluoleo.

“Para delegasi Rusia ini yang kami persiapkan perjalanannya selain ke Jakarta, Kendari dan Palu mereka juga sudah kami persiapkan secara matang untuk menuju Baubau. Namun dalam perjalanannya karena keterbatasan waktu yang dimiliki maka ke Baubau kami pending, insha Allah tetap menjadi daerah tujuan berikutnya itu,” katanya.

Ibu Asni menyampaikan salam hormatnya buat Walikita Baubau Dr H AS Tamrin MH. Dia dan suaminya sangat mengenal sosok AS Tamrin. “Kami sekantor dengan Ibu Sartini saat beliau masih ngajar di SMPN 5 Kendari dan suami saya adalah juga kepala sekolah ibu Sartini.”

Rupanya ibu Asni sudah perna bertemu dengan walikota Baubau AS Tamrin dan ibu Sartini Tamrin. Bahkan terjadi pembicaraan langsung. “Beliau sangat mengapresiasi. Hanya saja saat kami kontak terakhir untuk penyusunan rundown perjakanan ke Indonesia kami kehilangan kontak. Hingga akhirnya perjalanan kami agendakan hanya sampai Kendari.”

“Oh iya sebelum ke Moscow saya ke Baubau dan dijemput langsung oleh Ibu Sartini dan saya nginap di kediaman beliau…..dan sempat di antar ke pusat souvenir di Baubau dan dibekali beberapa helai kain tenun yang kami jadikan baju …untuk dipakai di Moscow.”
Dorongan untuk memperkenalkan daerah tidak hanya sebatas lagu dan tari lulo. Dalam waktu dekat mereka akan mengajarkan para guru cara memasak masakan Indonesia dan melatih para siswa beberapa lagu dan tarian daerah.

Saat ini sedang disusun planning Baubau sebagai tujuan utama. Selanjutnya menuju Jogya dan Bali sekaligus menjajaki kemungkinan adanya sister school antara sekolah-sekolah yang ada di Baubau dan sekolah di Rusia serta kerjasama antara Unidayan dan Beberapa Universitas di Rusia.

Dandi
Selisih waktu antara Moscow dan Sulawesi Tenggara sekitar lima jam lebih dulu waktu Sultra. Cuaca di Moscow saat ini di kisaran 2 derajat celcius. Para siswa sangat senang dan menikmati lagu Tana Wolio sekalipun tidak memahami artinya. Mereka bangga bisa menyanyikan lagu itu dan berharap suatu saat bisa menginkakkan kaki di Tana Wolio.
“Insha Allah destinasi berikutnya adalah Baubau, karena para delegasi yang kami bawa bulan Juli yang lalu masih penasaran dan tetap pingin ke Tana Wolio,” kata wanita yang juga suka makan gado-gado ini.

Riwayat pendidikan ibu Asni yakni SDN Anggoeya Tamat 1983, SMPN Anduonohu Tamat 1986, SGON Kendari Tamat 1989, SI Unhalu Bahasa Inggris 1996, dan S2 Universitas Kanjuruhan Malang 2010. Pekerjaan guru SMPN 5 Mandonga 1997 – 2003, Guru SMPN 5 Kendari 2003 – 2015, Guru Sekolah Indonesia Moscow 2015 – 2018. (****)

Visited 3 times, 1 visit(s) today