Site icon BAUBAUPOST.COM

Tradisi Pindoko Wapulaka, Aset Budaya Busel yang Hampir Punah

www.baubaupost.com

Peliput : Amirul

BATAUGA,BP-Budaya di Nusantara sangat beragam, mulai dari yang nampak hingga yang abrak. Apabila dianalogikan dengan warna, semua ada di Nusantara. Tiap suku ataupun klan-klan ditengah masyarakat mempunyai perbedaan budaya yang telah tercipta dari leluhurnya- ditularkan dari turun temurun.

Di Buton terkhusus di Buton Selatan memiliki aset budaya yang kaya jika dibangkitkan, menunggu peran berbagai elemen baik pemerintah daerah maupun masyarakatny untuk memolesnya guna memiliki daya ledak. Salah satunya, tradisi pindoko yang dalam bahasa ibu klan Wapulaka-berburu ikan beramai-ramai dipesisir pantai yang surut menggunakan tombak dan parang.

Tokoh Budaya Buton Selatan La Ode Alirman menceritakan Pindokoe dari kata pindoko mengandung sebuah peristiwa. Dulu dizaman klan Wapulaka masih berada di Lakuanda digunung, mereka mencari ikan pesisir pantai mulai dari Desa Tira sampai Bahari. Awalnya mereka masih sendiri-sendiri menangkap ikan menggunakan kawulu atau kadongka

“Setelah berjalannya waktu, sebagian masyarakat La Kuanda mulai mendiami pesisir pantai Wapulaka, pola menangkap ikan berubah dari Kawulu menjadi kadepe atau Bubu,” tutur Alirman

Bubu atau kadepe terbuat dari jalinan dari bambu atau rotan berbentuk persegi berukuran panjang dengan diameter lebih besar kebelakang. Menggunakan alat jenis ini masih dilakoni sendiri-sendiri oleh masyarakat Wapulaka. Kadepe diletakan didepan kaki kemudian ikan- ikan digiring masuk kedalam kadepe.

“Hasil tangkapan disimpan didalam didalam dompo atau wadah yang diikat dipinggang,” ucapnya

Berjalannya waktu masyarakat wilayah pesisir di Wapulaka bertambah banyak. Tradisi menangkap ikan di pesisir pantai Wapulaka berubah. Sara membuat aturan yang mengikat dan wajib dipatuhi masyarakat. Pindoko hanya dilakukan beramai-ramai, diwaktu-waktu tertentu, jika ada pesta adat.

Kata Alirman, tradisi pindoko paling tepat dilakukan pada waktu 14 sampai 16 malam bulan dilangit. Proses memalangi air laut dengan jejeran jaring sepanjang pesisir pantai terpasang. Dimaksud agar ikan yang bermain ditepian pantai tidak kembali ketengah laut dalam, disaat air laut pada pagi hari menjadi surut total.

“Dulu belum ada jaring benang, maka daun kelapa dijejer sepanjang pantai dipasang menghalangi ikan agar tidak kembali dilaut dalam saat surut total,” tuturnya

Sebelum warga beramai-ramai membawa parang dan tombak berburu ikan disaat surut total. Sara telah memutuskan aturan pembagian hasil tangkapan ikan atau owi. Aturan ini wajib hukumnya, jika tidak dilaksanakan maka akan dikenakan denda.

“Semua warga di Wapulaka boleh melakukan pindoko tetapi sesuai aturan atau owi, sebagian hasil tangkapan disetor untuk keperluan umum atau pesta dan sebagian boleh dibawa pulang kerumah masing-masing. Jika warga mendapat empat ekor ikan maka tiga ekor disetor untuk keperluan umum dan sisanya boleh dibawa pulang,”ucapnya

Tradisi pindoko sejatinya adalah membentuk kepatuhan karena ada aturan yang mengikat, rasa syukur atas hasil hasil sumber daya alam yang melimpah, ada nilai-nilai luhur tentang kebersamaan yang dititipkan. Kegembiraan sekaligus menjadi tradisi ajang mencari jodoh.

“Selain mengejar ikan, muda-mudi yang ikut pada kegiatan pindoko secara tidak langsung terjalin pandang-pandangan. Tetapi sejatinya, tradisi pindoko untuk mempererat kebersamaan masyarakat,” katanya

Kegiatan tradisi pindoko kali ini di Desa Bahari, Kecamatan Sampolawa merupakan awal dimulainya kembali tradisi budaya leluhur pindoko di pesisir Wapulaka setelah sekian tahun tidak dilakukan. Mewakili masyarakat Wapulaka, Ia meminta Pemerintah Kabupaten Buton Selatan melalui intansi teknis yang membidangi kebudayaan dan pariwisata agar tradisi pindoko atau pindokoe masuk dalam kalender agenda tahunan festival budaya di Busel.

“Kami berharap Pemerintah terus melestarikan tradisi budaya secara berkelanjutan, karena masyarakat telah memulainya,” tukasnya (*)

This website uses cookies.

This website uses cookies.

Exit mobile version