Site icon BAUBAUPOST.COM

Siswi Berprestasi di Sorawolio Belum Dapat Perhatian Pemerintah

F01.3 Desty berpose dengan Kepala Madrasah Aliyah Al Huda

Wakili Sultra di Olimpiade Tingkat Nasional

Peliput: Faysal Asmar

BAUBAU, BP – Desty Nur Insani (17), siswi Madrasah Aliyah Al-Huda Sorawolio sabet juara I Olimpiade Kompetensi Sains Madrasah (KSM) tingkat provinsi di Kendari, 25 Juli 2018. Untuk itu, dia berhak untuk mewakili provinsi Sultra pada KSM tingkat Nasional di Bengkulu.
Kepala Madrasah Aliyah Al-Huda, Zainal SAg menjelaskan ada delapan siswa dan siswi yang mengikuti KSM tingkat Kota Baubau. Namun hanya empat orang yang lolos untuk ikut KSM tingkat Provinsi Sultra.
“Sisanya juara dua, satu dan dua orang juara tiga,” katanya.
Zainal menyayangkan tidak adanya perhatian dari Pemkot Baubau selama kegiatan KSM di Kota Kendari. Saat itu pihak Aliyah Al-Huda, membiayai kegiatan dengan menggunakan dana BOS.
Pihaknya mengaku kesulitan untuk membiayai Desty Nur Insani untuk lomba tingkat nasional. Karena sudah tidak mungkin untuk dibiayai menggunakan dana BOS untuk yang kedua kalinya.
Menurutnya, dana BOS tidak hanya untuk membiayai siswa yang ikut olimpiade. Tetapi masih ada juga pembangunan sekolah yang menggunakan dana BOS.
Makanya, pihak sekolah berharap mendapatkan bantuan dan perhatian dari Pemkot Baubau atau Pemprov Sultra untuk kegiatan di Bengkulu.
“Sehingga kita tidak perlu lagi menggunakan dana BOS, ” ujarnya.
Zainal menggambarkan semangat Desty untuk bertanding meski minim perhatian. “Tidak sedikitpun menurunkan semangat dan tekad Desty yang bulat untuk dapat mengikuti lomba,” katanya.
Siswi kelas II ini lebih bersemangat karena mendapat dorongan dari Kepala Sekolah dan para guru. Saat menjuarai KSM Provinsi, desti hanya mendapatkan hadiah Rp 200.000, itupun adalah pemberian kerelaan Kepala Sekolah.
Kata dia, orang tua Desty sempat bertanya mengapa Desty tidak mendapat sedikit pun uang saku. Padahal Desty meraih juara I bahkan menjadi wakil Sultra di tingkat nasional.
“Ketika orang tua Desty kerumah kami katakan bahwa memang tak ada hadiah uang yang diberikan hanya piala yang diberikan jadi kami berinisiatif untuk memberikan dari saya kepala sekolah untuk harga gula-gula Rp 200.000,” jelasnya.
Ada kisah menarik ketika peserta didiknya mabuk laut saat naik kapal. Kepala sekolah berpikir untuk naik pesawat saat kembali bagaimanapun caranya.
“Walaupun dengan cara mengutang hanya karena tak ingin melihat mereka tersiksa dengan terpaan angin laut,” katanya.
Dia berharap pemerintah dapat memperhatikan para siswa yang berprestasi. Dengan demikian, tidak terkesan sia-sia potensi yang dimiliki siswa.(#)

This website uses cookies.

This website uses cookies.

Exit mobile version