F01.6 Tampak Penanaman Sayuran di Area Kebun Pagelaran HPS Ke 39 dengan teknologi baru terlihat subur dan tanpa hamadi desa Puundambu Kecamatan Angata KoselTampak Penanaman Sayuran di Area Kebun Pagelaran HPS Ke-39 dengan teknologi baru terlihat subur dan tanpa hama,di desa Puundambu Kecamatan Angata, Kosel

KENDARI, BP – Food And Agriculture Orgnization Of The United Nations (FAO) Dunia, merilis kurang lebih 800 Juta orang saat ini tengah menderita kelaparan dan sekitar 790 juta rentan menderita Obesitas yang diakibatkan karena kombinasi diet yang tidak sehat dan kurangnya olah raga. Hal itu mendorong FAO pada Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun ini mengususng tema Global “Tindakan Kita adalah masa depan kita,Diet Sehat Untuk Zero Hanger”. Ini diungkapkan dalam keterangan pers kantor perwakilan FAO Indonesia kepada Dinas KOMINFO Sulawesi Tenggara (Sultra), di acara pagelaran HPS ke-39 di Desa Puudambu Kecamatan Angata, Selasa,(02/11).

Dalam keterangannya FAO mengungkapkan akibat Globalisasi dan Urbanisasi serta mayoritas pertumbuhan pendapatan, kebanyakan masyarakat dunia mengubah pola dan kebiasaan makannya. Dimana masyarakat di Dunia beralih dari pola makan musiman dari hasil tanam yang kaya serat menjadi pola makan yang kaya akan tepung olahan, gula,lemak dan garam.

Pola makan secara umum diindonesia tidak sama dengan di kebanyakan negara berpenghasilan menengah. Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi pada Beras namun konsumsi sayur, buah, daging dan lemaknya masih sangat rendah. Faktanya dalam skala dunia,Indonesia memiliki porsi asupan energi tertinggi dari biji-bijian khususnya beras. porsi makanan bukan tepung di Indonesia mencapai 30 persen sedangkan rata-rata global adalah 50 persen.

FAO juga merilis tingkat konsumsi buah dan sayuran masih kurang dari setengah asupan rekomendasi asupan harian secara nasional. Pola makan Indonesia umumnya rendah lemak dan minyak, sekitar 20 persen dari total kalori yang dikonsumsi dibandingkan negara eropa yang mencapai 30 samapi 50 persen.

Padahal indonesia memiliki salah satu keanegaragaman Hayati terkaya di dunia, beragam tanaman pangan dan jenis hewan ada di indonesia,namun pola makan di indonesia bergantung pada sejumlah jenis tanaman dan hewan yang jumlahnya menurun saat ini.

“di indonesia harga makanan pokok cukup tinggi,dan kami melihat kenyataan bahwa harga-harga makanan di indonesia merupakan salah satu termahal se-Asia Tenggara.faktanya kelaparan dan Obesitas hidup berdampingan di seluruh indonesia,dan kadang-kadang berada dirumah tangga yang sama”,ungkap Stephen Rudgar,perwakilan FAO dalam pidatonya di acara pembukaan Perayaan Nasional Hari Pangan Sedunia (HPS) ke – 39 di Angata, Konsel, Sultra(02/10).

Stephen Rudgar juga mengungkapkan, prevalensi jumlah Stunting pada anak-anak di bawah 15 tahun sangat signifikan yakni lebih dari 30 persen dan prevalensi kondisi kurus untuk kelompok usia yang sama juga sangat signifikan mencapai pada 10 persen, disisi lain 8 persen anak-anak indonesia mengalami obesitas.

Terkait hal tersebut, Plt Kepala Dinas Kominfo Sultra Syaifullah menambahkan bahwa momen HPS kali ini kedepan Pemerintah Provinsi Sultra akan melakukan upaya dengan mencanangkan konsep –konsep penanaman buah dan sayur dengan teknologi baru seperti yang tengah digebyar dalam pameran teknologi di hari HPS Nasional ini, utamanya yang akan di kembangkan komoditi Sagu dengan desain manfaat mulai dari makanan cemilan, hingga makanan pokok yang saat ini memang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sultra pada umumnya.

“selain tanaman sayuran dan umbi-ubian yang kita liat dalam pagelaran ini,contoh ada coklat yang kita liat hanya dengan waktu tiga bulan sudah siap panen,untuk sagu sekarang sudah bisa kita kembangkan dengan jangka waktu enam bulan dengan bibit varietas dari sulawesi utara sangir talaud yang kadar airnya rendah dan karbonhidrat tinggi,banyak makanan yang bisa diolah dari sagu saat ini termasuk kue cake dan kue kering yang rasanya tidak kalah nikmat dari kue pabrikan dari tepung dan komposisi utama lainnya,belum lagi teknologi peternakan kambing dan ayam dengan konsep sehat tegnologi baru bisa menghasilkan dan siap jual dalam hitungan bulan ”,ujar Syaifullah dalam keterangannya kepada awak media, dalam kegiatan HPS di Angata Konsel.

Visited 1 times, 1 visit(s) today