BATAUGA,BP-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buton Selatan (Busel) saat ini sedang melaksanakan Verifikasi akreditasi oleh tim penilai. Pihak RSUD Busel menyambut baik kedatangan tim surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pusat untuk melakukan penilai. Tim KARS tersebut direncanakan akan melakukan selama tiga hari sejak tanggal 25 hingga 27 November 2019.
Jauh sebelum tim KARS datang melakukan verifikasi di Busel. RSUD Busel terus melakukan pembenahan dibeberapa lini agar menuju pelayanan yang lebih maksimal kepada pasien
Direktur Utama (Dirut) RSUD Busel, dr Frederik Tangke Allo mengatakan, akreditasi RSUD itu dinilai oleh lembaga independen dari KARS. Akreditasi ini wajib dilakukan, agar rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan terhadap pasien, sesuai indikator yang sudah teruji, berkualitas, aman terstandarisasi secara nasional.
Dijelaskannya, indikator-indikator tersebut harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam upaya memberikan pelayanan pasien agar semakin baik. Dalam persiapan menghadapi akreditasi ini, pihaknya dalam beberapa tahun belakangan telah melakukan pembenahan.
“Salah satunya melakukan kajian banding RSUD diluar daerah, misalnya ke Takalar, ke Siloam Hospital Baubau, kaji banding workshop bersama-sama RSUD Buton, Kementrian kesehatan juga memberikan bimbingan terkait akreditasi, ” ujar dr Frederik Tangke Allo ketika ditemui di ruang kerjanya belum lama ini.
Ia berharap dalam penilaian kali ini, RSUD mendapat pengakuan dan apresiasi dari penilaian tim KARS itu.
Penilaian akreditasi RSUD Busel, dr Fredrik optimis mampu masuk kategori penilaian bintang dua atau madya. “Kita tidak muluk-muluk. Sampai bintang dua saja kita sudah bersyukur,” katanya.
Indikator pelayanan ada 15 pokja dibagi atas, pokja medis, manajemen dan pokja keparawatan. Dari tiga yang dinilai tiap pokja juga masih ada empat sampai lima pokja lagi.
” Mulai dari kinerja dokter, perawat, bidan itu ada elemen-eleemn penilaian. Nilainya harus 80 persen baru bisa lolos ini akreditasi perdana,” terangnya.
RSUD Busel memiliki elemen dokter spesialis dengan jumlah lima. Pertime ada empat dokter, fulltime ada satu orang. Cuman perlu diusahakan dan ditambah lagi, sehingga dokternya fulltime.
Dari lima itu ada dokter Spesialis Penyakit Dalam, dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi – Kebidanan & Kandungan, Dokter Spesialis anak, dokter Spesialis Bedah, dokter Spesialis Anastesiologi, dokter spesialis penata anastesis.
“Di RSUD Busel sudah bisa operasi bedah sudah ada dokternya,” ungkapnya.
Sementara itu terkait Pemerintah Daerah yang meminta pinjaman dari perbankkan untuk pengadaan RSUD Busel ditahun 2020 yang lebih baik dan sarana serta parasana terlengkap dalam sisi pelayanannya. Kata dr Frederik, memang berinventasi untuk RSUD itu biayanya cukup tinggi.
“ Pelayanan kesehatan di RS itu baik sarana, prasana, alat kesehatan dan tenaga medis itu memang high cots memang. Mau tidak mau pemerinta daerah harus berinvestasi,” ujarnya.
Ia mengatakan, hampir seluruh daerah sumber PAD yang paling besar itu berasal dari RSUD. Karena itu memang investasi rumah sakit itu higcost bukan hanya miliaran tapi ratusan miliar. Itu untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan prima, ditunjang dengan lengkapnya alkes dan terpenuhinya sumber daya manusianya serta bangunan RSUD yang representatif.
Ia menjelaskan, Pemkab Busel telah menanggung BPJS setiap tahunya dan cukup besar, artinya hampir 100 persen masyarakat Busel sudah memegang kartu BPJS. Tahun 2020 mendatang sekitar Rp 21 miliar akan dikucurkan pemerintah daerah untuk mensubsidi BPJS.
Lanjutnya, anggaran yang telah dikucurkan itu sudah semestinya pemerintah daerah menyiapkan fasilitas pelayanan medis yang maksimal, sehingga anggaran besar yang telah dikucurkan akan kembali ke daerah. “Perputaranya disitu, makanya target RSUD memberikan pelayanan yang lebih maksimal dengan menyiapkan sarana dan prasarana dan menyiapkan sumber daya manusianya,” harapnya.
Peliput : Amirul