F4.1 Nenek Sarijem kiri dan Mak TuniNenek Sarijem (kiri) dan Mak Tuni

BAUBAU, BP – Dua orang Lanjut Usia (Lansia) di Kelurahan Liabuku Kota Baubau terpaksa tinggal di gubuk bekas gudang milik warga sekitar, karena rumah kecilnya yang sudah termakan usia roboh diterjang angin. Anaknya bertarung hidup mengais kelapa tua milik orang untuk menghidupi ibunya yang sudah berumur satu abad.

Dialah nenek Sarijem (101) bersama anak semata wayangnya Mak Tuni yang tidak muda lagi sekarang menginjak umur 75 tahun. Dengan tubuh tua rentanya, nenek Sarijem masih kuat beraktifitas di rumah, terkadang sesekali mengerjakan pekerjaan rumah yang dianggap ringan seperti menyapu halaman, cuci piring dan yang lainnya.

Sedangkan anaknya, Mak Tuni, demi menyokong hidup sehari-hari harus bertarung hidup dengan bekerja keras mengumpulkan sisa kelapa tua di kebun milik orang lain atas izin pemilik, sabuknya dikupas lalu dijual di pasar. Terkadang Mak Tuni mendapat gabah padi dari hasil sukarela membantu tetangga di musim panen padi.

Tidak banyak rupiah yang berhasil dikumpulkan dari hasil jual kelapa tua, hanya Rp 20 ribu. Itu belum dipotong ongkos ke pasar. Nasib kurang beruntung ini dilalui setiap hari demi membeli beras. Terkadang, kalau rupiah lebihnya tidak seharga lauk, lidah dua lansia ini terpaksa disuguhi nasi dicelup air garam.

Tidak ada harta benda yang bisa dibanggakan, setelah suami tercinta Mak Tuni meninggal dunia sembil tahun silam, Mak Tuni harus bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Keempat anak tercintanya juga, terpaksa harus mengadu nasib di luar Kota Baubau.

Belum berhenti di situ, cobaan kembali menimpa Mak Tuni dan Ibunya Sarijem, rumah tempat keduanya tinggal sebelumnya roboh rata dengan tanah karena termakan usia hingga mengharuskan keduanya terpaksa tinggal di Gubuk bekas gudang milik warga sekitar.

“Ya mau gimana lagi, kita tetap harus ikhlas dan sabar. Yang penting kita tidak ambil hak orang lain, Insya Allah tuhan maha mengetahui segalanya. Yang penting bisa makan, kita sehat, kami sudah sangat bersyukur. Kalau untuk makan juga, ya sesekali ada tetangga yang bawakan ala kadarnya,” tutur Mak Tuni ditemui awak media di gubuknya, Rabu (13/05).

Dua lansia itu, merupakan warga asli pulau Jawa yang tiba di Kota Baubau sekitar tahun 1981 silam melalui program transmigrasi. Saat ini keduanya tercatat sebagai warga di Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau. Meski tercatat sebagai warga kurang mampu, keduanya jarang mendapatkan sentuhan dari pemerintah setempat. Namun hal itu tidak membuat kedua wanita lansia itu mengeluh dan sedih.

Kedua wanita tangguh itu hanya bisa pasrah dan berdoa, selalu diberi kesehatan dan kesabaran untuk bisa menjalani hidup mereka di usia tuanya hingga kembali ke sang pencipta dalam keadaan damai dan khusnul khatimah. (*)

Peliput: Asmaddin

Visited 1 times, 1 visit(s) today

By admin