F05.3 Bardin

Oleh : Bardin, S.Pd

(Tenaga Pendidik SMAN 3 Baubau)

KEMAJUAN teknologi diberbagai bidang memaksa seluruh elemen masyarakat khususnya dunia pendidikan untuk lebih memaksimalkan peran. Dalam hal ini, guru, orang tua dan pemerintah harus bersinergi. Ketiga elemen ini tak bisa terpisahkan dalam mengembangkan pendidikan.

F05.3 Bardin
Bardin, S.Pd

Namun, apa yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, kolaborasi dari ketiga elemen ini benar benar tak berada pada titik yang diharapkan. Antara Guru, Orang Tua dan pemerintah seolah jalan masing-masing dalam menyikapi kondisi yang terjadi di masa pandemic covid-19. Sekolah diliburkan, para siswa kehilangan kesempatan berinteraksi dengan guru, demikian pula guru sulit mengaktualisasikan diri dalam memberikan Ilmu Pengetahuan kepada siswa. Sementara pemerintah telah menetapkan regulasi tentang upaya yang menjadi jawaban dengan berbagai peraturan yang juga menyesuaikan. Hasilnya ? Guru tidak maksimal mentransfer Ilmu Pengetahuan kepada siswa, Orang tua mendapat beban tambahan mendampingi anak dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh. 

Fenomena yang Nyata

Pandemi covid-19 telah melahirkan fenomena yang seolah tak berujung. Sementara perencanaan yang semula telah disepakati pun harus ramai ramai dialihkan. Perampingan kegiatan, pemutusan agenda, bahkan pengamputasian elemen system yang semula tak pernah dibayangkan. Semua menyatakan kesulitan, namun harus lapang dada menerima kenyataan.

Mestinya kemajuan teknologi dengan segala ornament kompleks yang dilahirkan akan memberikan sebuah peluang besar untuk ‘kemerdekaan Belajar’ di Zaman modern ini. Namun, benturan kultur dan psikologi sebagian elemen negeri ini tak mampu menyesuaikan ritme dan irama pemerataan. Apa yang terjadi ? ada ungkapan yang mengatakan bahwa yang maju semakin maju dan yang terpuruk semakin terpuruk. Tak semua harapan besar bias diberlakukan secara universal. Fasilitas, finansial dan kultur serta tradisi harus terpilah dan terpola dengan baik agar arus kemajuan dapat saling menyesuaikan. Antara Kota Besar dan Pelosok Desa, antara nuansa modern dan keterbelakangan yang tradisional. Ini telah menjadi satu diantara banyak alasan yang membuat Pendidikan akan terpuruk. Di satu sisi kemajuan dan tradisi modernisasi akan dengan mudah menyesuaikan diri, sebaliknya bagi yang jarang tersentuh oleh kemajuan dan hanya bergumul dengan keterbatasan maka akan menjadi fakta keperihatinan yang sangat menonjol.

Dampak yang Ditimbulkan

Keterbatasan ruang gerak belajar di masa pandemic tidak saja menjadi tantangan dari sisi pemenuhan hak dan kewajiban belajar, namun merambah pada sisi ekonomi dan social kemasyarakatan. Keinginan anak dalam memenuhi kebutuhan sekolah menjadi sensitive karena keterbatasan ekonomi orang tua yang terhalang akibat pandemic. Ada orang tua yang di PHK dari status sebagai karyawan swasta, ada pula yang secara langsung mendapat dampak akibat pemasukan yang minim dari sektor jasa. Singkatnya, situasi lesu merambah ke berbagai sisi kehidupan. Lantas, apa yang harus dilakukan demi menjawab berbagai fenomena yang menghadang ? Entah sampai kapan rasa pesimis ini menemani perjalanan kehidupan masyarakat. Bagaimana masa depan dunia pendidikan jika kondisi ini tetap bertahan?

Merangkak menuju Titik Jawaban

Bukan hidup namanya, jika selalu mulus dan tak menghadapi masalah. Buka sukses namanya jika selalu tak mendapat tantangan di setiap pencapaian. Jika prinsip ini menjadi komitmen, setiap sudut perjalanan pasti mendapat suntikan semangat baru bagi setiap pelakon dan pemeran. Bukankah setiap orang yang sukses harus memenuhi persyaratan ? dan syarat itu adalah ‘Tantangan’. Tapi ingat, tantangan yang dihadapi dengan optimis dan mampu dilewati dengan semangat optimisme.

Apa yang harus ditawarkan dalam tahap ini harus menjadi jalan pemikiran bersama. Setiap elemen masyarakat dari berbagai kalangan harus ikut andil dalam menyiapkan jawaban. Dari sekian banyak kalangan yang harus focus memberikan peran untuk menyelesaikan kemelut yang tengah mendera kehidupan saat ini, paling tidak 3 komponen penting yang harus menciptakan kolaborasi dan sinergitas. 3 Komponen itu adalah Pemerintah, Masyarakat dan Kalangan Pendidikan.

Solusi Mengambil Peran

Pemerintah, sebagai pemilik regulasi dan penentu kebijakan harus memberikan harapan bagi masyarakat dan dunia pendidikan sebagai bentuk optimisme dalam menghadapi situasi sulit. Selama ini begitu banyak perencanaan yang telah dilakukan dan membuahkan hasil serta mampu menurunkan tensi keluhan masyarakat. Dari pendampingan anggaran, perlakuan dan pelibatan berbagai kalangan dalam menggerakkan jalannya pemenuhan sector pendidikan. Namun, apapun yang dilakukan oleh pemerintah, tanpa peran serta yang partisipastif dari seluruh kalangan maka kendala pasti akan selalu menjadi tantangan sebelum berada di bagian akhir sebuah perencanaan. Kondisi ini sudah menjadi bahan evaluasi pemerintah sebagai pemegang kendali berbagai kebijakan. Dengan melibatkan pakar di bidang masing masing, pemerintah dapat menyiapkan regulasi dengan memberikan kesempatan evaluasi berupa penelitian dan observasi ilmiah dari kalangan pakar. Hingga pada gilirannya pemerintah menemukan kontribusi pemikiran Ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan untuk melakukan perencanaan selanjutnya.

Masyarakat, sebagai sebuah bagian dari system yang menentukan arah dan menjadi bagian dari keberhasilan sebuah program, tentu harus memberikan kontribusi. Minimal memilih peran dan partisipasi yang sesuai dengan spesifikasi yang dimiliki. Masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung harus mengambil bagian dalam menjawab tantangan kemajuan pendidikan. Pemberian motivasi kepada anak selama belajar dirumah di masa pandemic sebagai satu bagian yang sangat urgen. Sebab, dari suasana yang berbeda ini, sangat sulit dikalkulasi seberapa besar keberhasilan belajar dibandingkan dengan tatap muka di sekolah dengan guru. Kejenuhan dan rasa pesimis anak akan menjadi fenomena baru yang tak dapat dijawab dalam waktu singkat. Di titik inilah peran orang tua dan masyarakat akan Nampak. Dengan melakukan komunikasi dan sinergi dengan pihak sekolah terkait metode dan pola pembinaan kolaboratif sangat penting. Selain itu, sisi positifnya adalah terkait pengawasan dan perhatian selama belajar di rumah dapat dijadikan sebagai momen menjalin kebersamaan untuk lebih mendalami sisi prioritas capaian anak.

Dunia Pendidikan, Koordinasi dan proses harus tetap dijalankan secara adaptif dan prioritas. Penurunan Target pencapaian perlu dilakukan tanpa mengurangi kualitas hasil meskipun dalam skala prioritas pula. Keinginan menjadikan lembaga pendidikan sebagai wadah dalam ‘Merdeka Belajar, Gelora Budaya dan Indonesia Bahagia’ tetap dalam kondisi yang sinergi. Kesempatan harus diberikan kepada setiap siswa melalui berbagai cara. Guru memberikan pendampingan belajar dari belajar jarak jauh hingga komunikasi langsung dengan mengunjungi rumah siswa. Berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk mengetahui perkembangan psikologi anak selama belajar di rumah. Hal ini menjadi bahan penilaian khusus mendukung sisi akademik yang dilakukan oleh guru. Dalam situasi ini, pendampingan yang dilakukan dapat diperkuat dengan pemberian pelayanan dari sisi Budaya. Komunikasi dengan tokoh Pendidikan dan Budaya di masyarakat dapat menjadi agenda untuk berkontribusi mengambil peran demi kesuksesan dunia pendidikan.

Pada gilirannya, jika semua system yang terlibat telah memberikan kontribusi yang positif, dipastikan output dan pencapaian juga menjadi kesepakatan bersama. Komitmen evaluasi dan perbaikan menjadi sebuah catatan penting untuk dilakukan penanganan untuk langkah selanjutnya. Singkatnya, dalam kondidi apapun kesempatan bagi anak untu ‘Merdeka Belajar’ dapat terwujud melalui peran masyarakat dengan ‘menggelorakan sisi kebudayaan’ sehingga menghasilkan sebuah situasi bangsa yang kondusif dalam pencapaian tujuan ‘Indonesia Bahagia’ dalam pendidikan. *

Visited 1 times, 1 visit(s) today