Peliput: Arianto W
BAUBAU, BP- Di tengah pandemi Covid19, hampir semua lembaga pendidikan baik yang berstatus negeri maupun swasta rela menghentikan segala aktivitas pembelajaran yang sifatnya mengumpulkan siswa banyak. Hal itu untuk mencegah resiko penularan Covid19 di kalangan pelajar.
Meski kebijakan ini dinilai positif oleh mayoritas satuan pendidikan namun perlu diketahui ada beberapa sekolah yang nekat menyelenggarakan kegiatan belajar tatap muka langsung di sekolah, salah satunya SMKN 2 Baubau.
Saat ditemui di ruangan kerjanya beberapa waktu lalu, Kepala SMKN 2 Baubau La Safini SPd mengungkapkan, sejak awal masuk tahun pelajaran baru 2020/2021 pihaknya telah membuka diri, melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka langsung di sekolah.
Kendati demikian, Safini menegaskan, aktivitas belajar tatap muka yang coba diefektifkan kembali ini ialah jenis kegiatan belajar praktek dan hanya diperuntukan bagi siswa kelas XI.
Tak heran, SMKN 2 Baubau ialah sekolah kejuruan yang notabenenya bernafaskan kegiatan praktek.
“Pemerintah sudah menyampaikan bahwa SMK itu boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka tapi praktek, namum dengan catatan harus menjalankan protokol kesehatan,” jelasnya
Benar saja, meski upaya ini terbilang nekat namun pihak sekolah tidak khawatir sama sekali karena kegiatan belajar praktek tersebut dilakukan dengan menjalankan protokol kesehatan.
“Sebelum masuk itu harus mencuci tangan, pakai masker, dan menjaga jarak aman. Selain itu, pesertanya juga dibagi. Jadi satu Rombel itu dibagi menjadi dua kelompok belajar,” ujar Safini.
“Nanti jadwal belajarnya dibuatkan per sif. Kalau misalkan kelompok satu empat jam dihitung mulai pukul 7 sampai 11.00 Wita maka untuk kelompok dua dihitung mulai pukul 11 sampai 15.00 Wita,” lanjutnya.
Safini menambahkan, sejauh ini kegiatan belajar praktek berjalan baik namun ada beberapa kendala teknis yang dinilainya menghambat efektivitas proses pembelajaran yaitu kurangnya mendapatkan dukungan orang tua/wali siswa.
“Kalau berbicara soal efektif yah tidak akan seefektif 100 persen, karena yang menjadi kendala ini kan kadang kala orang tua mengizinkan namun kadang kala juga tidak,” tutur Safini.
Dikatakannya, jika kegiatan belajar praktek ini mendapatkan dukungan penuh dari orang tua siswa maka kemungkinan besar program peningkatan kompetensi keahlian siswa tersebut akan berjalan baik dan efektif.
“Kemudian, kebijakan ini kan meski ada dukungan. Kalau sudah didukung yah tinggal kita pihak sekolah mengembangkan kreatifitas dalam upaya meningkatkan pelayanan,” tandasnya. (*)