F01.6 Bupati dan wakil Bupati Wakatobi Ketua DPRD serta Kapolres Wakatobi pada pesta budaya di Kaledupa. FOTO Duriani Baubau PostBupati dan wakil Bupati Wakatobi, Ketua DPRD serta Kapolres Wakatobi pada pesta budaya di Kaledupa. FOTO Duriani Baubau Post

KABUPATEN Wakatobi satu-satunya kabupaten di Indonesia yang tergolong unik. 97 persen wilayahnya adalah laut dan hanya tiga persen daratan. Keunikkan lain dimiliki Wakatobi yakni satu-satunya kabupaten di Indonesia yang terletak didalam kawasan Balai Taman Nasional (BTN).

Laporan: Duriani, Wakatobi

WAKATOBI adalah akronim dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko. Wakatobi mekar menjadi daerah otonom 18 Desember Tahun 2003 silam. Dimana sebelumnya adalah bagian dari Kabupaten Buton. Sedangkan status yang disandang Wakatobi sebagai kawasan BTN terhitung sejak awal tahun 1990an. Berada dalam kawasan BTN, ternyata Wakatobi menyimpan kekayaan alam bawah laut yang luar biasa indahnya. Begitu pula di daratan yang hanya 3 persen, Wakatobi memiliki sejumlah tradisi dan budaya yang tidak dijumpai di daerah lain.
Tradisi unik dimiliki masyarakat adalah potensi budaya yang sangat menarik dalam berbagai atraksi budaya. Misalkan saja tradisi masyarakat Pulau Wangi-Wangi dimana akan membentuk identitas yang unik dan khas. Unik dan khas terbentuk karena ciri masyarakat yang termasuk kedalam golongan masyarakat pesisir (marine antropologis). Penyajian kemasan atraksi budaya terlihat menarik karena merupakan hasil karya masyarakat dan terdapat nilai-nilai budaya didalamnya.
Hugua, mantan Bupati Wakatobi dua periode mengatakan wisatawan berkunjung di Wakatobi bukan hanya menikmati keindahan alam bawah laut. Namun wisatawan juga dapat menikmati sajian tradisi yang dimiliki masyarakat di empat pulau di Wakatobi.

“Di pulau Wangi-Wangi, wisatawan dapat menyaksikan budaya seperti Bangka Mbule-Mbule. Tradisi itu sejak dulu hingga saat ini masih dijumpai. Wisatawan dapat menyaksikan manakala adalah upacara ritual adat masyarakat seperti yang kita lihat selama ini di Mandati Raya Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Pelaksanaan ritual itu empat tahun sekali atau sewaktu-waktu dapat dilaksanakan satu tahun sekali. Ritual dilakukan apabila mengalami bencana seperti gagal panen, wabah penyakit, kekisruhan, dan kestabilan daerah tergaganggu,” ungkap Hugua, beberapa waktu lalu.
Kata Hugua, prosesi ritual itu dilakukan oleh tokoh-tokoh adat mulai dari penentuan hari, bahan-bahan yang diperlukan, pencarian kayu untuk sampan. Untuk pengisian perahu dilakukan oleh ibu-ibu dari hasil kebun masyarakat dan diiringi terompet tradisional yang dibuat dari daun kelapa dan ditiup oleh anak-anak dan seluruh masyarakat. Orang-orangan (pria dan wanita) adalah simbol kejahatan yang akan dihanyutkan pada siang hari dan dilepas oleh para tokoh-tokoh adat kelaut.
Lanjut Hugua, tradisi lain di pulau Wangi-Wangi yakni Kabuenga atau ayunan. Tradisi itu melambangkan sebuah kejayaan atau keberhasilan yang identik dengan muda-mudi. “Kabuenga memiliki tinggi bambu 10 meter dengan jarak ayunan sampai 5 meter. Pelaksanaan Kabuenga didasarkan pada penyambutan tamu atau semacam luapan kegembiraan masyarakat terhadap sesuatu yang dicapai dan alat kontrol masyarakat yang dilakukan oleh lembaga adat,” ucap Hugua.
Kemudian, ada juga Karia’a. Tradisi Karia’a adalah upacara adat untuk khitanan atau Pemotongan rambut untuk anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Upacara Karia ini berasal dari budaya kesultana Buton yang bernuansa Islami.
Sebelum mengikuti upacara Kariaa ini, para keluarga yang ingin ikut harus membawa uang untuk biaya yang akan digunakan selama acara berlangsung yang disebut dengan “Puge” dan jumlahnya ditentukan oleh keluarga yang mengadakan acara tersebut.
“Di Kecamatan Kaledupa adat ini biasanya diadakan oleh salah satu keluarga yang memiliki uang dan harta yang lebih atau orang mampu. Apabila ada salah satu atau dua anggota keluarga yang lain ingin ikut acara ini, maka mereka harus melapor kepada keluarga yang mengadakan acara tersebut,” kata Hugua.
Hugua, menambahkan bahwa masih banyak tradisi lain di pulau Wangi-Wangi sebagai daya tarik wisata di Wakatobi. “Itu baru sebagian tradisi di pulau Wangi-Wangi. Belum di pulau Kaledupa, Tomia dan Binongko. Yang jelas bahwa Wakatobi memiliki kekayaan budaya yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia,” pungkasnya. (***)

Visited 2 times, 1 visit(s) today