Laporan: Prasetyo M
BAUBAU, BP-Wakil Walikota (Wawali) Baubau La Ode Ahmad Monianse menutup dengan resmi Pelatihan Penyusunan Desain Motif Tenun di Hotel Hing Amimah, Rabu (15/12/2021). Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama antara Dinas Perdagangan dan Perindustrian dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Baubau.
La Ode Ahmad Monianse dalam sambutannya menuturkan, kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Baubau untuk menghidupkan kembali warisan budaya yang pernah ada. Dengan demikian, warisan budaya tersebut tidak akan tersingkir oleh perkembangan zaman, dan terus terjaga serta terpelihara hingga generasi ke generasi.
“Dari sisi ekonomi, kegiatan ini juga dilaksanakan agar masyarakat pengrajin tenun kita dapat terus meningkatkan kualitas hasil produknya. Dengan begitu, hasil tenun masyarakat Baubau dapat bersaing di pasar, serta dapat mempunyai nilai jual yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat itu sendiri,” tutur La Ode Ahmad Monianse.
Wawali Baubau ini berharap, agar dengan adanya pelatihan-pelatihan seperti ini, akan muncul inovasi-inovasi baru dari para pengrajin tenun di Kota Baubau. Pasalnya, dari masa ke masa, hasil tenun yang ada cenderung monoton dan tidak pernah berubah. Yang mana, hasil tenun tersebut hanya dapat digunakan untuk momen-momen tertentu yang berkaitan dengan ritual.
Menurutnya, jika dilihat dari sudut pandang yang luas, kecenderungan masyarakat saat ini dapat menjadi peluang untuk peningkatan nilai produk tenun tersebut. Di mana, saat ini penduduk Indonesia lebih didominasi oleh generasi Milenial dan Generasi Z, yang memiliki kecenderungan kuat terhadap dunia Fashion dengan model-model kekinian.
“Mengapa kecenderungan dari generasi Milenial dan generasi Z ini tidak dimanfaatkan, dengan menghasilkan produk-produk inovatif yang dibutuhkan oleh generasi ini. Karena ada beberapa pola hidup generasi milenial yang merasa bahwa hasil tenun tradisional ini tidak pas lagi bagi kebutuhan fashion mereka, karena bahannya yang tebal sementara mereka ingin yang tipis-tipis,” ujarnya.
La Ode Ahmad Minianse menambahkan, hal tersebut perlu dibahas bersama-sama, guna mengkaji agar produk tenun tradisional tersebut dapat diminati oleh semua kalangan. Untuk itu, ke depan pihaknya berencana meminta Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kota Baubau untuk melakukan studi tentang kecenderungan generasi Milenial dan Generasi Z tersebut.
“Hasil kajian itu akan menjadi pijakan bagi Pemerintah Kota Baubau dalam mengambil kebijakan terkait dengan penguatan kapasitas dan peningkatan usaha tenun tradisional ini. Karena ke depan, kita tidak hanya mengharapkan untuk mempertahankan kebudayaan, tetapi kita berharap tenunan tradisional ini juga bisa berkembang menjadi sebuah bisnis,” imbuhnya.
baca juga: Sara Patanguuna Adalah Warisan Nenek Moyang Masyarakat Buton Yaitu Nilai Karakter Kebersamaan
Lebih lanjut La Ode Ahmad Monianse menuturkan, untuk menjadi sebuah bisnis, maka diperlukan adanya inovasi-inovasi namun tetap mempertahankan nilai-nilai budaya. Untuk itu, kemampuan mengelaborasi kedua keinginan tersebut sangat diperlukan. “Jadi akar budaya tetap terjaga, tapi kemudian harus didesain yang sesuai dengan kebutuhan pasar itu sendiri,” pungkasnya.(**)
Comments are closed.