Peliput: Arianto W
BAUBAU, BP – Masyarakat Kelurahan Ngkaring-Ngkaring Kecamatan Bungi Kota Baubau, mengelar Ritual Pertemuan (Catus) menjelang perayaan hari rai raya Nyepi. Ritual ini digelar untuk menghormati penempatan dari kedudukan Roh (Buta), dan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada sang pencipta.
Menurut Tokoh adat Ngkaring-Ngkaring, dr Agus kepada Baubau Post senin (27/03) megatakan, umat Hindu mengenal tiga dunia di alam semesta ini, yakni dunia bawah, tengah dan atas. Tradisi pertemuan (Catus) yang di lakukan oleh kaum Hindu pada Senin (21/03) sebagai rasa penghormatan untuk Roh (Buta) dunia bawah.
“Umat hindu mengenal dunia bawah, tengah dan dunia atas. Dan Taur yang di lakukan hari ini adalah sebagai penghormatan untuk dunia bawah yang kita sebut dengan Buta yang biasa di kenal dengan Roh,” Kata Agus
Lebih lanjut dikatakan, Agama Hindu menganut paham tidak mengenal musuh. dan mengenal bahwa Buta adalah kehidupan, tetapi kehidupan yang berada di dunia bawah. Buta tidak sering mengganggu manusia jika di tempatkan pada keseimbangan. Untuk itu, Ritual Pertemuan (Catus) adalah bentuk penghormatan untuk penempatan Roh (Buta) di dunia bawah, dengan mengaplikasikannya melalui sebuah patung besar berwatak sangar, jahat, besar, dan berwarna merah.
“Agama hindu tidak mengenal musuh, dan kami mengenal bahwa buta itu kehidupan juga tapi kehidupan yang berada di bawa manusia, dia tidak akan menggangu manusia bila ditempatkan pada keseimbangan. jadi kegiatan ini adalah untuk penghormatan penempatan buta dunia bawah dengan mengaplikasikannya melalui sebuah patung besar yang berwatak sanggar, kasar, besar dan berwarna merah,” jelasnya
Ia juga mengungkapkan bahwa, Agama Hindu mengenal tradisi Bantem, sebuah bentuk rasa terima kasih kepada sang pencipta dengan membuat sebuah replika yang menyerupai isi alam semesta, meliputi Bunga atau Buah.
“Agama hindu juga mengenal tradisi Bantem yang berarti bentuk rasa terima kasih dengan membuat sebuah replika yang berupa dunia. meliputi Bungah, Buah dan lain sebagainya, yang bermakna bahwa kami sangat berterimakasih atas hidup di dunia yang selama ini di berkahkan kepada kami,” ungkapnya.
Selain itu, Agama Hindu juga mengenal air penyucian yang di lakukan setelah melalukan ritual pertemuan (catus), dengan folosofi bahwa air kesucian adalah air dari tuhan yang kemudian di gunakan untuk membersikan rumah masing-masing secara spiritual.
“Hanya di daerah pertemuan, yang di lakukan pada saat menggelar Catus kita bisa bertemu dengan dunia bawah dan dunia atas, dan kita meminta air suci kepada tuhan untuk di bawa pulang ke rumah masing-masing dengan tujuan untuk membersihkan rumah secara spiritual,” lanjutnya
Tradisi pertemuan (Catus) adalah momen yang di lakukan pada sore hari (Sandi kale), yaitu waktu pertengahan antara siang dan malam, yang di percayai oleh Agama hindu untuk bisa berkomunikasi dengan tiga dunia.
“Pertemuan (Catus atau Sandi) akan sangat bagus di lakukan pada saat petemuan antara siang dan malam yaitu sore (Sandi kale). dan pertemuan itu yang selalu kami harapkan untuk memudahkan kita untuk berkomunikasi antara dunia bawa, tengah dan dunia atas,” tutupnya (#)