Peliput: Gustam Editor : Hasrin Ilmi
BAUBAU, BP – Meski Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara (Sultra) masih satu tahun lagi, sejumlah kandidat calon Gubernur Sultra sudah mulai menampakkan geliat politiknya. Selain mantan Bupati Wakatobi Hugua, Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sultra Lukman Abunawas, serta kandidat lainnya. Kini kembali muncul kandidat baru, Anggota DPR RI yang juga mantan Walikota Baubau, DR Amirul Tamim juga menyatakan diri ikut bertarung di Pilgub Sultra 2018.
Demikian diungkapkan Amirul Tamim saat ditemui sejumlah wartawan, sabtu malam (08/04) di Pantai Kamali.
Dikatakan, banyak hal yang menjadi alasan keikutsetaannya tarung di Pilgub, selain karena putra daerah, ia juga perna menjadi kepala daerah di salah satu daerah di Sultra, serta karena melihat potensi Sultra yang memiliki daya saing tinggi kedepannya.
“Pertama saya lahir di Sultra, meniti karir di Sultra, pernah menjadi kepala daerah di salah satu daerah di Sultra, serta melihat potensi Sultra yang jika dikembangkan akan memiliki daya saing yang tinggi, lebih maju dan berkarakter. Untuk itu, saya coba menawarkan diri kepada masyarakat Sultra bahwa saya punya pemikirkan sendiri untuk membangun Sultra ini kedepannya,” kata Amirul.
Mantan Walikota Baubau dua periode ini mengatakan, menjadi seorang kepala daerah, tidak mesti mengandalkan satu partai semata, melainkan koalisi dari beberapa partai, mengingat salah satu syarat menjadi kepala daerah, yakni harus didukung minimal 20 persen kursi di dewan..
“Dalam memilih kepala daerah itu, tidak selalu berorientasi kepada kader kepartaian, karena tidak ada yang bisa jadi kepala daerah dengan mengadalkan partainya sendiri, tetapi harus memiliki koalisi dari berbagai komponen, karena syarat menjadi kepala daerah itu harus didukung minimal 20 persen kursi di DPR, sehingga perlu terbangun koalisis,” tegasnya.
Namun demikian, ungkap Amirul lagi, menjadi kepala daerah, perlu adanya kapabilitas dan kredibilitas dari calon kepala daerah itu sendiri. Pasalnya, dengan kehebatannya seorang kepala daerah, mampu untuk membuat daerah yang di pimpinnya lebih maju lagi.
“Kalau menurut hemat saya, untuk menjadi kepala daerah itu, harus dari kehebatan figur itu sendiri, karena dalam membangun suatu daerah, tidak bisa dengan pendekatan kepartaian saja,” tutupnya. (#)