Masyarakat khususnya kalangan budayawan dan sejarawan di Kota Baubau menyayangkan pembangunan taman di atas lahan Lapangan Merdeka. Pasalnya, taman yang digagas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini dikahwatirkan dapat menghilangkan nilai sejarah di tanah lapang yang terletak dibilangan dua rumah jabatan ini.
Menurut sejarawan, Lapangan Merdeka merupakan lokasi pertemuan Sultan Falihi dengan pasukan sekutu pada masa Kesultanan Buton. Sehingga memang rencana ini perlu dikaji ulang, dengan mempertimbangkan dampak dari pembangunan ini.
Pembangunan taman memang sangat baik untuk keindahan kota, namun untuk di lokasi tertentu seperti situs sejarah harus sangat berhat-hati. Karena situs sejarah merupakan bukti peristiwa penting masa lampau, sebagai bahan pelajaran kepada generasi muda di masa datang. Jangan sampai hanya menjadi dongeng anak sebelum tidur, tanpa ada bukti nyata peninggalan.
Sebaiknya memang pembangunan jangan sampai merusak nilai historis yang terkandung didalamnya. Biarlah Lapangan Merdeka seperti itu adanya, cukup dibersihkan, dirapihkan rumputnya, dan diperindah sekelilingnya. Sehingga bentuk tidak berubah, namun indah dan menyesuaikan dengan perkembangan kota.
Dipihak lain, Pemerintah Kota Baubau membantah jika Lapangan Merdeka itu adalah situs sejarah. Sehingga tak ayal, Pemerintah Kota Baubau tetap akan melanjutkan pembangunan taman yang bertemakan Revolusi Mental ini.
Berdasarkan Perda RTRW Kota Baubau Lapangan Merdeka adalah Ruang Terbuka Hijau. Maka pembangunan taman ini tepat untuk menambah keindahan Kota Baubau
Rencananya taman ini akan difungsikan sebagai hutan kota yang dapat membersihkan udara di Kota Baubau. Selain itu, taman ini dapat menjadi tempat rekreasi baru bagi masyarkat selain Pantai Kamali dan Kotamara.
Terlepas dari semua rencana ini, ada baiknya Pemerintah Kota Baubau melakukan komunikasi yang baik dengan kalangan budayawan dan sejarawan. Sehingga kedepannya semua dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada permasalahan. (**)