Peliput: Alyakin

PASARWAJO, BP – Pesta adat yang diselenggarakan masyarakat Takimpo Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton mendapat apresiasi dari Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi. Dia mengimbau kepada masyarakat Buton untuk selalu menjaga dan melestarikan adat dan budaya kearifan lokal.
Menurutnya, pesta adat adalah kearifan budaya lokal, sehingga tugas bersama sebagai generasi muda untuk mempertahankannya. Pasalnya adat istiadat itu merupakan warisan turun temurun dari para leluhur, jika tidak dilestarikan maka hanya menjadi dongeng untuk generasi berikutnya.
“Sebagai putra daerah, saya sangat dukung kegiatan ini, karena pesta adat adalah kearifan lokal sehingga tugas kita sebagai generasi untuk mempertahankan kearifan lokal, sebab adat istiadat diciptakan oleh para leluhur kita sebelumnya. kita tidak bisa membayangkan bagaimana leluhur kita menciptakan kegiatan seperti ini,” tuturnya.
Kegiatan ini kata dia merupakan ajang silatuhrahmi, karena apabila terjadi perselisihan bisa diselesaikan juga ditempat ini. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai bentuk perayaan bila musim tanam tiba.
Sebagai putra daerah ,Ali Mazi mengupayakan agar kearifan lokal di Buton dapat terangkat ditingkat Nasional. Sebelumnya kata dia, pemimpin Buton terdahulu sudah melakukannya, namun upaya Ali Mazi lebih besar lagi.
Lanjut dia, untuk menjaga budaya kearifan lokal di Kabupaten Buton, kegiatan pesta adat setiap tahunya rutin dilaksanakan dan harus disosialisasikan disetiap daerah yang terdiri dari 72 kadie. Salah satu upaya untuk melestarikannya adalah dengan dibukukan.
“Dengan cara ditulis, budaya kearifan lokal tidak mudah hilang, sehingga lebih mudah dipelajari oleh generasi muda,” ujarnya.
Ali Mazi berharap, dalam acara pesta adat generasi muda harus mencontohi dan harus dipelajari agar lebih dipahami. Tarian bela diri yang dipertontonkan oleh para tokoh adat, harus terus dipertahankan.
Sebelumnya, Ketua Adat, La Maulana membacakan Sinopsis kegiatan yang dilakukan perangkat adat serta dipraktekan secara langsung di Baruga Takimpo. Salah satunya, Parabela selaku ketua adat yang memimpin acara, mengawalinya dengan pelepasan rombongan ande-ande Gilisoria, Lakandandio, serta rombongan Kalambe (Lakedo 1) yang akan berjalan mengelilingi kampung dimulai dari arah timur.
Dijelaskan, Ande-ande mengambarkan kelompok anak yang baru belajar merangkak dan masih berada dalam dekapan sang ibu, hal tersebut disimbolkan dengan gerakan tangan kelompok ini sejajar dengan suara laksana suara bayi. Gilisoria menggambarkan anak yang sudah dapat berjalan yang disimbolkan dengan gerakan tangan di atas. Lakandio menggambarkan kelompok anak laki-laki yang telah beranjak dewasa dan Kalambe menggambarkan kelompok wanita yang sudah dewasa.
“Keempat rombongan ini dilepas oleh parabela yang mempunyai makna, kelak nantinya anak akan meninggalkan rumah, pelepasan diiringi dengan nasehat yang disebut dengan Lakedo 1 dengan syair yang mempunyai makna,” ucap La Maulana. (*)
