Peliput: Zaman Adha

BAUBAU, BP – Salah seorang budayawan di Kota Baubau, Budi Wahidin menilai, Disertasi AS Tamrin yang berjudul “Pengaruh Implementasi kebijaksanaan nilai-nilai budaya Sarapatanguna dan kepemimpinan pemerintahan terhadap pembangunan di Kota Baubau Sulawesi Tenggara”, telah menggambarkan kecerasannya.
Dia mengaku bangga dengan sosok AS Tamrin, yang telah mengangkat kembali nilai-nilai budaya Buton dalam sebuah karya ilmiah, yang selama ini sudah mulai tergerus modernisasi. Dengan begitu, nilai sarapatanguna dapat dinasionalkan, terlebih sifatnya yang universal.
“Sebuah kebanggan sekaligus sebagai kecerdasan beliau dalam mengangkat budaya lokal kita, yang notabene bersifat universal dan sudah tenggelam selama ini. Dengan menjadikannya bagian dari disertasi, maka nilai-nilai ini sudah mulai menasional, yang mana orang akan membaca dan menyerapnya, kemudian menjadikannya nilai lokal mereka,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, nilai Sarapatanguna dalam Disertasi AS Tamrin sebanding dengan yang disampaikan Prof La Ode Turi dalam bukunya dengan judul yang serupa, namun iplementasi yang berbeda.
“Kalau La Ode Turi, nilai Sarapatanguna itu disebut dengan kepemimpinan pobihnci bhinciki kuli diapdosi menjadi salah satu bagian kajian TNI. Disertasi AS Tamrin mengenai ilmu pemerintahan menggambarkan kecerdasannya, sehingga sudah harus kita implementasikan,” jelasnya.
Budi menyebutkan kendala bahasa tidak menjadi penghalang diterapkannya nilai Sarapatanguna ke ranah Nasional. Yang terpenting kata dia, nilai subtansi yang diajarkan dalam nilai Sarapatanguna.
“Contoh pomaa-maasiaka tentang saling kasih, siapa orang dimuka bumi yang tidak saling kasih, akarnya dari ajaran agama Islam, bahkan semua agama. Intinya substansinya yang harus diangkat,” tutupnya. (**)
