Peliput: La Ode Adrian/Alamsyah Pradipta

BAUBAU, BP – Anggota DPRD Kota Baubau H Suddin M SH mengatakan bahwa, drainase yang dibangung Pemerintah Kota Baubau dikategorikan sebagai proyek gagal. Hal itu dikatakan Suddin berdasarkan keluhan masyarakat Baubau yang tidak sedikit menyebut-nyebut bahwa pembuatan drainase terutama pada jalan poros Betoambari tidak bekerja dengan efektif atau gagal.
“Jadi memang drainase itu jangan hanya asal buat, harus butuh banyak kajian, dan yang melakukan kajian itu memang harus orang yang ahli, jangan kemudian ada uang terus drainase tinggal asal buat, ujung-ujungnya tidak memberikan manfaat,” tegas Suddin.

Dijelaskan, sebelum Pemerintah Kota Baubau membuat atau merehab drainase, seharusnya melihat terlebih dahulu kondisi topografi wilayah Baubau, yang merupakan daratan ketinggian atau pegunungan, dimana pembuangan akhir air limbah yang diresap oleh drainase harus dipikirkan dengan matang.
“Seharusnya sebelum pemerintah melakukan pengerjaan harus ada kajian yang betul-betul mendetail, jadi memang kita harus melihat kondisi topografi kita, karena topografi wilayah kita inikan daerah pegunungan, jadi memang harus butuh kajian mendalam untuk pembuatan drainase itu. Jadi memang kalau masalah pengairan itu sebenarnya harus ada spamnya, kalau selama inikan bisa kita asumsi kalau drainase itu tidak bekerja mungkin karena tersumbat di dalam, tapi kalau baru dibuat seperti itukan jadi pertanyaan kalau drainasenya tidak menyerap,” paparnya.
“Kalau melihat daratan kita, memang disatu titik kita menggali kedalaman untuk drainase, tapi pada titik lainnya itukan daerah ketinggian, sehingga airnya itu memang tidak bisa mengalir kedaratan tinggi, dan itu sebenarnya yang menjadi kendala besar,” sambungnya.
Dilanjutkan, masyarakat Kota Baubau hari ini tentu sudah mahir menilai dan tidak buta melihat apa yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama dalam hal pembangunan. Namun pemerintah juga diharapkan untuk tidak menimbulkan kesan negatif dimata masyarakat, mengingat masyarakat juga memberikan dukungan penuh kepada pemerintah untuk membangun Kota Baubau menjadi daerah yang lebih baik.
“Jadi kalau bisa saya memberikan masukan, melihat topografi kita ini adalah daerah pegunungan, jadi memang harus dikaji secara mendalam, bahwa pembuangan akhir drainase itu akan kemana nantinya, kalau tidak ada pembuangan akhirnya kemudian air yang diresap hanya tertampung disatu titik, itukan lambat laun air akan tergenang lagi,” tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat (PU Pera) Kota Baubau Drs Muhamad Yunus MSi menanggapi kritikan tersebut mengatakan, bahwa pembuatan drainase khususnya pada seputaran Jl Betoambari belum bisa dikatakan sebagai proyek gagal, dikarenakan proyek tersebut belum selesai keseluruhan atau belum rampung 100 persen.
“Belum bisa dikatakan gagal, ini (drainase) belum rangkum semua karena belum selesai pengerjaannya. Kan selesai itu target 30 Desember (2016),” ungkapnya.
Dijelaskan, drainase yang tidak bekerja dengan baik tersebut disebabkan oleh serpihan yang belum dibersihkan sehingga menyebabkan penyumbatan. Kemudian lubang pengaliran air pada drainase juga belum dibuka, hanya dibuka pada beberapa titik untuk meminimalisir tergenangnya air.
“Jadi semua pengerjaan itu belum selesai, kalau serpihan yang masih berserakan dibersikan, air pasti tidak akan tergenang disitu, pasti sudah berfungsi. Jadi lobang-lobang yang masih ada disitu tersumbat, makanya airnya belum keluar, nanti dilepas baru airnya bisa jalan sesuai tempatnya. Makanya kemarin saya sudah menyuruh pekerja untuk membersihkan serpihan itu, prosesnya mashi sementara kami bangun,” papar Muhamad Yunus.
Olehnya,puhaknya meminta kepada masyarakat Kota Baubau secara keseluruhan, untuk bersabar dalam menghadapi masalah genangan air yang kini menjadi polemik di Kota Baubau, sambil menunggu pembuatan drainase-drainase tersebut rampung 100 persen.(*/#)
