Catatan: La Ode Adrian

MEMBAHAS masalah genangan air, tentu disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi. Dimana hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi.
Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara.
Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan.
Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.
Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga mengakibatkan perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika Utara dan suasana kering di wilayah tropis. Hujan adalah komponen utama dalam siklus air dan penyedia utama air tawar di planet ini. Curah hujan rata-rata tahunan global adalah 990 milimeter (39 in). Sistem pengelompokan iklim seperti sistem pengelompokan iklim Köppen menggunakan curah hujan rata-rata tahunan untuk membantu membedakan kawasan-kawasan iklim. Antarktika adalah benua terkering di Bumi. Di daerah lain, hujan juga pernah turun dengan kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.
Jika membahas curah hujan yang saat ini terjadi di Kota Baubau, salah satu sumber terpercaya, yakni Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Baubau Natsir S.Sos memaparkan, selama tahun 2016, Kota Baubau bagai tak pernah dirundung kemarau, meskipun Kota Baubau sejak bulan Juli 2016 dinayatakan memasuki musim kemarau, namun terlihat hujan masih sering mengguyur kota ini.
Dijelaskannya, saat ini Baubau tengah dikena gejala musim yang cukup langka, yakni Musim Kemarau Basah, sehingga meskipun cuaca panas, secara tiba-tiba akan diguyur hujan, dimana hal serupa atau musim langka tersebut terakhir terjadi di Kota Baubau pada tahun 2010 silam.
Dijelaskan, musim kemarau basah disebabkan oleh permukaan air laut bagian Tenggara Australia memanas, sehingga air laut menguap dan naik keatas membentuk awan hitam dengan potensi hujan. Kemudian uap tersebut membentuk sebuah pusaran angin dan berbelok dari arah Tenggara ke Barat laut menuju Kutub Utara.
Belokan angin tersebut melewati Indonesia dan berdampak pada iklim di Indonesia, sehingga menyebabkan musim kemarau basah pada bagian tenggara Indonesia termasuk Sulawesi Tenggara khususnya Kota Baubau.
Jadi, Baubau yang kerap diguyur hujan tentu saja menyebabkan genangan air yang berkepanjangan, terutama yang terjadi pada wilayah yang berkontur rendah, dan sumur resapan atau drainasenya yang tidak bekerja dengan baik.
Genangan air yang kerap terjadi pada beberapa wilayah dalam lingkup Kota Baubau ketika turun hujan, tentu harus menjadi perhatian pemerintah setempat saat ini, pasalnya permasalahan tersebut selalu ditemui oleh masyarakat, terutama para pengguna jalan.
Terkait masalah genangan tersebut, dikutip jjuga dari edisi koran lokal Baubau Post, Anggota DPRD Kota Baubau H Suddinn M SH menuturkan, seharusnya masyarakat dan pemerintah Kota Baubau perlu untuk menjalin kerjasama mengahadapi genangan air yang selalu terjadi di sejumlah titik di daerah ini.
Dijelaskannya, permasalahan genangan air tidak semata-mata harus dilimpahkan kepada pemerintah, namun juga membutuhkan pengertian terutama kerjasama dari masyarakat, untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Menyangkut genangan yang terjadi pada beberapa titik di Kota Baubau, masyarakat sudah harus sadar untuk merawat, menjaga, dan memperhatikan lingkungan, dikarenakan genangan air tersebut terkadang disebabkan oleh tersumbatnya saluran pembuangan (sumur resapan/drainase) akibat sampah masyarakat yang menumpuk dalam saluran.
Sedangkan narasumber lain, Wakil Ketua I DPRD Kota Baubau La Ode Yasin Mazadu mengatakan, drainase atau sumur resapan sebagai salah satu infrastruktur memang harus diutamakan untuk dilakukan perbaikan, dan beberapa titik yang tidak memiliki saluran pembuangan harus dibuatkan sumur resapan secepatnya.
Dikatakan pula, persoalan yang sudah berlarut-larut tersebut seharusnya secepat mungkin dicarikan jalan keluarnya, terutama untuk beberapa titik yang memang rawan terhadap hujan deras yang dapat menyebabkan genangan air yang cukup tinggi.
Serta terlihat, tiap kali hujan mengguyur Kota Baubau, terdapat banyak lokasi atau titik jalan yang digenangi air bahkan hampir setinggi lutut orang dewasa yang dapat dijumpai masyarakat. Hal itu membuktikan bahwa saat ini genangan air memang seolah menjadi sahabat Kota Baubau, apalagi dengan musim penghujan yang sedang terjadi.
Namun untuk mengatasi dan menanggulangi genangan air yang kini menjadi polemik, Pemerintah Kota Baubau melalui SKPD terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU Pera) Kota Baubau telah melakukan beberapa langkah bijak, salah satunya pembuatan sumur resapan atau drainase pada beberapa wilayah yang rawan terjadi genangan air dan pada daerah yang tidak memiliki sumur resapan atau drainase.
Sedangkan sumber sebelumnya, Anggota DPRD Kota Baubau H Suddin M SH menegaskan, seharusnya drainase atau sumur resapan jangan hanya asal buat, namun harus dipikirkan dengan matang dan butuh kajian mendalam tentang fungsi maksimal dari drainase tersebut, agar dapat meresap genangan air dengan baik. Dan dianggapnya, seharusnya saat ini sudah ada program khusus terkait Sistem Pembuangan Air Limbah, untuk meminimalisir dan meniadakan adanya genangan air.
Dijelaskan pula kata H Suddin, saat ini masalah genangan air memang bukan menjadi kendala utama di Kota Baubau, namun dianggapnya tidak menutup kemungkinan bahwa masalah genangan tersebut akan menjadi masalah besar dan merepotkan buat Pemerintah Kota Baubau dikemudian hari.
Namun diluar dari polemik tersebut, secara garis besar tentu masyarakat Kota Baubau mengharapkan agar permasalah ini segera terselesaikan, mengingat Kota Baubau yang saat ini sedang gencar akan pembangunan, jadi sebisa mungkin untuk penanggulangan genangan air menjadi prioritas utama.
