Peliput: La Ode Adrian

BAUBAU, BP – Isu pembusuran yang kini marak di Kota Baubau, ternyata turut mempengaruhi dan berdampak buruk terhadap kehidupan sosial masyarakat. Bagaimana tidak, pembusuran yang merupakan kejahatan instan yang kini terjadi dimana-mana, membuat gentar masyarakat untuk meninggalkan rumah yang dianggap sebagai tempat yang paling aman saat ini.
Rudi yang merupakan warga Baubau mengatakan, ia enggan untuk meninggalkan kediamannya sampai situasi dinyatakan aman oleh aparat keamanan.
“Saya tidak mau keluar rumah sampai situasi dinyatakan aman,” tegas Rudi.
Hal senada dinyatakan Nanda, ia mengaku sangat takut untuk bepergian terutama pada malam hari, mengingat busur seolah menjadi mainan para pelaku kriminal untuk mencelekai calon korban meskipun tidak saling mengenal dan tanpa motif.
“Sudah beberapa hari ini saya takut keluar rumah, apa lagi malam, kecuali memang ada kegiatan dan kebutuhan yang sangat mendesak baru saya keluar, itupun terpaksa. Takut saya,” akunya.
Isu busur juga bukan mempengaruhi psikolog masyarakat yang dirundung ketakutan, tapi mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat Kota Baubau.
Narti yang merupakan pedagang di Pantai Kamali menuturkan, beberapa hari terakhir pengunjung Pantai Kamai sangat sepi, sehingga mempengaruhi pendapatan para pedagang akibat sepinya pembeli.
“Susah, tidak ada pembeli. Sepi, kayaknya orang takut keluar karena masalah busur membusur ini,” jelas Narti.
Fadel yang juga seorang pedagang di Kotamara membenarkan hal itu. Bahkan, ia berhenti berjualan selama beberapa hari terakhir, mengingat kondisi Kotamara selama beberapa hari terakhir yang cukup mencekam.
“Saya belum mau turun menjual, masih takut. Tapi katanya ibu-bu penjual gorengan yang ada di samping jualanku, sudah mulai aman, tapi saya masih takut,” akunya.
Amatan media, pembusuran sangat mempengaruhi kondisi beberapa tempat yang menjadi ruang publik di Kota Baubau. Dimana pada Sabtu malam (26/11), beberapa tempat seperti Kotamara, Pantai Kamali, dan Bukit Kolema Wantiro sangat sepi akan pengunjung, bahkan waktu baru menunjukan sekitar pukul 22.00 Wita. (*)
