Peliput: Amirul

BATAUGA, BP – Kasus penggunaan dana Pemkab Busel untuk kegiatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Sultra yang dilakukan di Kota Baubau beberapa bulan lalu, masih terus diungkit untuk mencari siapa dalang penyelewengan anggaran tersebut, yang ditaksir menelan anggaran hingga ratusan juta rupiah dan diperkirakan belum dipertanggung jawabkan.

Hal itu dipertanyakan oleh salah satu tokoh masyarakat Busel La Ode Abdul Rajab diruang rapat kantor Bupati Busel yang diterima oleh Asisten I Sekretariat Pemkab Busel Kostantinus Bukede, Kabag Hukum Ganefo SH dan Mantan Bendahara Sekretariat Junaid beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, dari semua SKPD yang ada dalam lingkup Pemkab Busel, kantor Sekretariat Busel tercatat paling buruk pengelolaan keuangan daerahnya. Hal itu dibuktikan dengan belum adanya laporan pertanggungjawaban keuangan daerah sebesar Rp. 1,15 miliar yang didalamnya termasuk dana MTQ.

“Saya mau tanya, anggaran sebesar Rp 1,15 miliar ini dimasanya pak Junaid atau pak Yanis?, Maksudnya supaya jelas semuanya,” tanya Rajab.

Dia menilai, proses pergantian bendahara sekretariat merupakan hal yang tidak wajar. Pasalnya dalam kurun waktu setahun jabatan bendahara kesekretariatan dijabat oleh tiga orang.

“Sangat fantastik kalau kalau dalam setahun itu ada tiga orang bendahara di sekretariat ini,” nilainya.

Ditempat yang sama, Mantan Bendahara Sekretariat Juaid mengungkapkan, Ia menjabat sebagai bendahara itu hanya 15 hari dibulan April sesudah itu diambil alih oleh Yanis. Sebenarnya Ia mau berkerja sebaik-baiknya hanya karena tidak dianggap jadi diganti.
“Terkait masalah penggunaan anggaran di Sekretariat pada dana MTQ itu, saya juga pernah panggil oleh Kejaksaan Pasarwajo untuk diperiksa l, hanya sampai saat ini saya tidak tahu hasilnya seperti apa,” ucap Junaid
Dikatakannya, penggunaan anggaran pada saat dirinya menjadi bendara sudah jelas penggunaannya dan terlihat saat dilakukan cut off oleh inspektorat Sultra hanya memang ada kehilafannya sehingga raib Rp 3.000.000.
“Saat itu saya mengelola anggaran Rp 1.015.000.000 dan dana GU itu namun saya dipotong ditengah jalan dan yang saya peroleh itu hanya Rp 660.000.000 kemudian saya buatkan berita acara untuk pengembalian Rp 355.000.000 itu diketahui itu oleh Kabag Keuangan dan saya hanya kelola uang Rp 660.000.000 dan sangat jelas pada laporan cut off inspektoran itu tidak ada yang berbeda, namun saya khilaf itu ada 3.000.000 dan insya Allah dalam waktu dekat ini saya kembalikan,” tuturnya
Sementara sisa saldonya dilanjutkan kepada Bendahara baru yakni Yanis. Didalam pengelolaan anggaran jika penggunaan anggaran sudah mencapai 70 persen atau sudah terpakai sebanyak Rp 660.000.000 maka secara otomatis sudah harus ada penyisian lagi untuk penggunaan selanjutnya. Artinya pergantian bendahara ada penambahan anggaran lagi di Sekretariat, dan anggaran lanjutan ini diperkirakan belum dipertanggung jawabkan ditaksir sebanyak Rp 876.000.000.
Sementara Asisten satu pemerintahan Buton Selatan, Kostantinus Bukide membenarkan tudingan itu bahwa hingga kini pengelolaan anggaran tersebut belum dipertanggungjawabkan oleh mantan bendahara sekretariat Busel, Yanis.
Dia juga mengaku jika dirinya pernah diperiksa oleh kejaksaan negeri pasar Wajo terkait statusnya sebagai ketua kafila Busel.
“Saya sendiri sudah diperiksa di kejaksaan selaku ketua kafilah. Bahkan saya di tuduh kalau saya pergi laporkan pak Bupati di kejaksaan. Padahal saya di kejaksaan itu saya diperiksa sebagai ketua kafilah. Apa untungnya saya mau laporan-laporkan pimpinan, dan itu bukan tipe saya seperti itu dan fitnah itu saya jadikan saja amalan saya,” ungkapnya.
Mantan kadis perhubungan kota Baubau ini mengaku jika persoalan pengelolaan dana MTQ tersebut adalah mantan bendahara Sekretariat ke-dua Busel, Yanis. Bahkan ia juga mengaku jika Pj. Bupati Busel Dr Ir H OMN Ilah Ladamay sempat kaget dengan peristiwa pergantian tiga bendahara dalam setahun.

“Oleh karena itu yang lebih banyak tau tentang dan MTQ ini mantan bendahara sekretariat, Yanis karena dia kelola langsung. Kalau pak Junaid ini kalau ibarat angin topan itu dia hanya kena puing-puing nya saja. Makanya dia hanya satu dua minggu jadi bendahara kemudian ia sudah diganti lagi. Makanya pak Ilah sempat heran kenapa satu tahun ini bisa tiga bendahara,” akunya.

Diketahui sebelumnya, mantan bendahara sekretariat Buton Selatan, Yanis, mengaku jika sebagian Dana MTQ tersebut telah ia alokasikan untuk perlengkapan perabotan Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Busel.

Kata dia, anggaran yang dialokasikan dirujab sebesar Rp. 114 Juta dari permintaan sebelumnya sebanyak lebih dari Rp. 170 juta. Semua itu ia lakukan atas perintah istri mantan Pj. Bupati Busel. Bahkan dalam bukti kuitansi pengambilan uang tersebut juga ditandatanginya. Sementara dalam pengelolaan anggaran ia tidak memiliki kapasitas untuk mengeluarkan anggaran tersebut.
“yang bertandatangan itu ibu haji ,” bisik Yanis.

Selain belanja horden dan televisi sebanyak dua unit, lanjutnya, anggaran tersebut juga diperuntukan untuk belanja springbead (tempat tidur, red) ajudan Bupati. Ironisnya, harga televisi yang seharusnya
Rp. 13 Juta, dinaikan menjadi Rp. 17 Juta.
“perlu kalian cek disana. karena semua ini tidak sesuai lagi dengan posnya” lanjutnya.
Dia mengaku jika dirinya bagaikan buah simalakama dalam artian kalau dilakukan mati ayah, tidak dilakukanpun mati ibu. Pasalnya beberapa pejabat dipemerintahan terus mendesaknya untuk membayarkan anggaran Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). Sementara saat itu dirinya masih memenuhi panggilan pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) di kendari.
“saya ini bagaikan buah simalakama. mereka tidak tau kalau saya masih dikendari.”pungkasnya.(***)