Laporan: Ardi Toris

JALALUDDIN SPd, merupakan pria kelahiran Wakatobi 30 Desember 1978 merupakan sosok yang energik dan kaya pengalaman dalam menjalani profesinya menjadi guru.

Jalaluddin yang tamat D2 di Program Studi PGSD tahun 1999 di Universitas Muhamadiyah Buton (sebelumnya di singkat UMB, sekarang berubah nama menjadi Unismuh Buton-red) menceritakan pasca lulus dan baru saja menjalani yudisium langsung diangkat menjadi guru bantu.

Kepsek SDN 1 Masiri Busel jalaluddin SPd

“Saat itu masih Buton Selatan ini masih bergabung dengan kabupaten Buton dan saya langsung ditempatkan di Siompu Barat. SK pertama saya itu tahun 2004 dan mengajar di SD Lawule. Mungkin SD itu sekarang sudah berubah nama,” tuturnya, Ketika diwawancara di ruangan kerjanya, Senin (20/02/2022).

Suami Wa Ode Gusti N itu pun melanjutkan ceritanya, di akhir Desember 2004 ada tes PNS dan saya ikut tes, “Alhamdulilah saya lulus,” lanjutnya, dan SK pertamanya sebagai PNS keluar tahun 2005. Selanjutnya Jalaluddin ditugaskan di kecamatan Batu Atas tepatnya di SDN Wacuala selama 2 tahun.

“Tanggal 9 Januari tahun 2007 lalu saya dipindahkan di SDN 1 Masiri. Saat itu saya sebagai guru biasa. Saya pun mengajar di kelas 6 waktu itu kepala sekolahnya La Ode Murhali. Jadi saya yang pertama kali kasih lulus angkatan pertamanya sekolah ini,” tutur ayash tiga anak itu.

Dia pun mengungkapkan pertama berdirinya sekolah SDN 1 Masiri Busel siswanya berasal dari Laompo 1 dan Laompo 2. Sejak berdiri tahun 2003 memang sekolah itu sudah berstatus negeri sehingga anak-anak dari desa tetangga di bawah ke SDN 1 Masiri.

Sebelum Jalaluddin diangkat menjadi kepala sekolah, sebelumnya dia melanjutkan pendidikannya di Unhalu dan mengambil program penyedia ACT. Program studi itu, kata Jalaluddin, merupakan kerjasama kementrian, Unhalu dengan Dinas Pendidikan Sultra dimana jatahnya untuk tiap kabupaten/kota hanya satu orang dan Jalaluddin termasuk salah seorang yang lulus dalam program itu. Selama kuliah lanjutan, lanjut Jalaluddin, semuanya dibiaya pemerinth mulai dari hotel, uang kesehatan, uang saku, dan uang online.

“Pertama kali saya diangkat jadi kepala sekolah tahun 2021. Sebelum saya menjadi kepala sekolah saya kuliah lanjutan atas kerjasama antara Unhalu dengan Pemda Buton. Pendidikannya selama 2 tahun. Program ACT itu berbasis online, jadi kita punya tugas-tugas itu harus kita kirim secara online. Jadi saat itu saya pertama kali memiliki laptop. Sebelumnya saya tidak tahu menahu juga bagaimana itu komputer dan laptop,” tuturnya.

Jalaluddin pun menceritakan singkat kesannya mulai dari menjadi guru bantu hingga dia pada akhirnya mengajar di SDN 1 Masiri. menurutnya semua sekolah tempat dia mengajar penuh berkesan. Seperti ketika dia menjadi guru bantu di Siompu Barat, ketia dia tinggal disalah satu rumah mereka hanya menggunakan lampu tembok. “Kita bangun pagi kena dengan asapnya. Saya ingat saat itu tahun 2004 belum ada listrik di Siompu,” katanya.

Begitu juga ketika di ditugaskan di Batu Atas, Jalaluddin menceritakan kesannya ketika ke Batu Atas kapal yang ditumpanginya berlabuh di laut. “Dulu itu kalau kita ke sana belum ada pelabuhannya jadi kapal itu sandar di laut lalu kami dijemput perahu yang berisi dua orang. selama dua tahun begitu,” tuturnya.

Kesan lainnya kalau ke Batu Atas, lanjut jalaluddin, perjalanannya makan waktu 8-9 jam kalau cuacanya teduh. “Tapi kalau musim barat misalnya berangkat jam 12 siang, nanti besok jam 12 baru tiba. Jadi kita berangkat itu singgah di Siompu dulu, sudah itu lihat keadaan cuaca baru ambil keputusan lanjutkan perjalanan,” katanya.

baca juga:SDN 1 Laompo Busel Sudah Terapkan Kurikulum Merdeka Sejak Tahun 2021, Siswanya Pun Berprestasi Diujian Berbasis Komputer

Namun sekarang, kata Jalaluddin, sudah ada kapal menuju Batu Atas yang sandar di Pelabuhan Bone-bone di Kota Baubau dan sudah ada pelabuhannya juga di Batu Atas. “Tapi kalau berangkat tetap lihat cuaca dulu, kalau musim barat tetap kena,” ucapnya. (*)