Peliput: Darson

BURANGA, BP – Sejak pindah dua tahun lalu dari pasar tradisional Kulisusu ke Pasar Minaminanga, pendapatan para pedagang di pasar tersebut mulai menurun. Hal itu tidak lain karena disebabkan adanya segelintir pedagang yang tetap berjualan sore di pasar lama itu.
Sehingga dengan adanya pasar sore tersebut, konsumen kebanyakan lebih memilih menunggu pasar sore ketimbang naik di pasar Minaminanga. Pasalnya, dari segi jarak, pasar baru lebih jauh dibanding dengan pasar sore yang tepat berada ditik jantung pemukiman warga.
Seperti yang diungkapkan salah seorang pedagang pakaian di pasar Minaminanga Munawir, yang mengaku sejak berjualan di tempat yang baru pendapatannya anjlok total. Dimana, sebelumnya dia bisa laku Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu perhari. Kini, hanya berkisar Rp. 100 ribu hingga Rp 200 ribu perhari.
“Pengunjung disini sangat kurang akibatnnya jualan saya hanya bisa tidak lebih Rp 200 ribu, bahkan tidak laku,”ungkap Munawir ketika ditemui di tempat jualannya, Kamis (24/11).
Sama halnya dengan Husna pedagang sembako yang mengaku sangat kurang pengunjung di Pasar Minaminanga. Sehingga pendapatan sehari-hari tidak seperti yang diharapkan. Apalagi, Pukul 11.00 Wita, pasar sudah sangat sepi.”Jujur saja pendapatan kurang, sering juga tidak laku, bagaimana jam 11 siang pasar sudah sepi, makanya mau tidak mau kami juga tutup,”ujarnya.
Oleh karena itu, mereka mengharapak Pemerintah Daerah (Pemda) Butur dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat untuk mencarikan solusi atas persoalan ini. Minimal membuat inovasi baru agar masyarakat banyak pengunjung di pasar Minaminanga, atau tidak pasar sore harua dihentikan dan difokuskan kegiatan jual beli di pasar Minaminanga.
“Disperindag harus cari solusi, jangan hanya diam. Hentikan itu pasar sore,” tegasnya.
Atas persoalan ini, LSM LIRA Butur kembali mendesak Disperindag untuk mencarikan solusi karena jalannya roda perekonomian tidak terfokus.”Seharusnya itu pasar tidak boleh dipisah,” pungkas Sekda LIRA Sairman Sahadia.
Sairman menjelaskan dirinya sudah berkali-kali menyuarakan hal ini. Namun, Disperindag seakan hanya tidur alias tidak peka.”Ini kan Disperindag yang tidak peka, tidak ada inovasi sama sekali agar pasar betul-betul dihidupkan,” imbuhnya.
Pemda Butur, tambah Maman panggilan akrab Sairman, jangan hanya fokus membangun fisik pasar, tapi bagaimana berpikir untuk menghidupkannya. Yang menjadi faktor utama sepinya pengunjung di pasar Minaminanga ialah adanya pasar sore.” Disperindag harus berpikir hidupkan pasar Minaminanga, agar terus berlanjut hingga sore. Sehingga pusat belanja kebutuhan satu tempat. Makanya pasar sore harus dihentikan dan dipindahkan kembali di pasar Minaminanga,” pintanya.
Melihat kondisi pasar sore eks tempat pasar lama sebtulnya sangat mengganggu kenyamanan. Baik itu keindahan kota maupun arus lalu lintas.” Pasar sore ini kan sangat kotor dan rata-rata pedagang berjualan di bahu jalan. Ini sangat mengganggu. Jadi tidak ada alasan lagi ini pasar sore tidak dihentikan, supaya di pasar Minaminanga bisa ada terus kegiatan jual beli sampai sore,” terang Maman.(*)
