Peliput: Hengki TA

BAUBAU, BP – Ketua DPD PDI Perjuangan Sulawesi Tenggara (Sultra), Ir Hugua menilai lahirnya calon tunggal pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Buton kali ini sangat bertentangan dengan filosofi demokrasi yang dibangun masa kesultanan Buton dahulu kala.

Dijelaskannya, Buton yang merupakan miniatur demokrasi, dimana berdasarkan sejarah Montesqi yang perna datang belajar demokasi di pulau Buton.

“Giliran Buton berdemokrasi, masa rakyatnya tidak diberi kesempatan memilih. Lawan kotak kosong ini kan tidak mencerminkan kebesaran demokrasi di Sultra,” kata Hugua saat konfrensi persnya di Hotel Adios, Selasa (29/11).
Pada bakal calon yang diusung PDIP yakni H Hamin-Farid Bachmid untuk memenangkan pertarungan sangat besar andai saja bisa lolos dalam pencalonan. Pihaknya memprediksi pasangan H Hamin alias La Rengke dan Farid bisa meraih suara diatas 50 persen. Namun pihaknya tidak akan memaksakan kehendak agar pasangan La Rengke dan Farid diloloskan dengan cara melawan aturan.

“Sejauh ini kita hanya bisa berharap kepada seluruh konstituen dan simpatisan PDIP Buton agar memilih kotak kosong pada hari pemungutan suara nanti,” jelasnya

Hinggga saat ini, langkah hukum sudah berjalan, akan tetapi kewenangan ada di Panwas dan di Pengadilan, pihaknya juga tidak bisa untuk bersikeras, karena PDI Perjuangan ideologinya sangat konstitusional. “Kalau memang mentok, mari kita sama-sama menangkan kotak kosong,” tutupnya.(*)