– Melebihi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Laporan: Ardi Toris
BAUBAU, BP– Prof Dr Ir Rokhmin Dakhuri memulai Fokus Grup Discussion (FGD) dengan mengingatkan kebangkitan Jepang setelah negaranya di bom. Dia mengungkapkan Pemimpin Jepang saat itu tidak bertanya berapa banyak tentara yang ada, dia tidak bertanya berapa banyak jalan yang Bagus, tapi yang pertama ditanyakan berapa jumlah guru.
“Kalau Baubau, Sultra, dan Indonesia mau maju maka artinya yang dimanajemen adalah manusianya, ” jelas Prof Rokhmini.
Prof rokhmini mengaku sudah beberapa kali datang di Baubau yaitu pada masa Gubernur Ali Mazi, sehingga Baubau tidak asing baginya.
Dia mengungkapkan bahwa Indonesia itu satu-satunya negara yang siap maju, karena potensi Sumber dayanya mendukung.
Dia mengambarkan koefisien Gini di Indonesia sangat besar sehingga kesenjangan sosial kitabsangat tinggi. Prof Rokhmini menyebut Koefisien Gini Indonesia capai 0.41 artinya kesenjangan sosial itu sangat serius.
Status gizi dan kesehatan masyarakat Indonesia sangat mencengangkan karena tercatat indeks kompotetitif Indonesia juga tergolong rendah karena angka gizi buruk juga meningkat.
Selain itu cenderung pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung menurun dan memicu tingginya angka pengangguran.
Bagaimana dengan Baubau, Prof Rokhmini termasuk daerah yang luar biasa. Karena Baubau bisa menekan angka pengangguran dan posisinya terbaik kedua setelah Kota Kendari. Sedangkan pertumbuhan ekonomi juga naik melebihi pertumbuhan nasional tahun 2015.
“Untuk di Sultra Baubau nomor satu. Tepuk tangan dong untuk Pak Tamrin. Prestasi membangun kota juga sangat baik di masa AS Tamrin karena terbukti dua kali mendapatkan adipura, ” jelas Prof Rokhmini.
Dua pun mengatakan Indonesia memiliki human capital yang mbagakan, juga didukungbl dengan Sumber daya alam yang banyak. Dan yang paling utama adalah Indonesia memiliki geo ekonomi dan geopolitik yang dinamis.
Lalu apa yang menyebabkan Indonesia tertinggal? Prof Rokhmini mengatakan penyababnya antara lain karena konsep pembangunannya tidak sustainable, infrastrukturnya terbatas, iklim investasi yang kurang menggeliat, etos kerja yang rendah, kualitas SDM rendah dan minimnya jumlah enterpreneur, serta kepemimpinan lemah.
Dia mengungkapkan pada masa Presiden Megawati orang yang bekerja pada ssktor informal baru capai 40 persen dan sampai pada masa presiden Jokowi sektor informal itu disukai mencapai 60 persen.
“Kalau Indonesia mau sejahtra maka yang jadi pengusaha itu harus capai 7 persen dari jumlah penduduk. Sementara Indonesia saat ini baru capai 1.6 persen dibawah Singapura yang sudah mencapai 7 persen, Malaysia capai 5 persen, dan Thailan yang sudah mencapai 3 persen.
Selain itu biaya logistik di Indonesia sangat tinggi capai 26 persen. Indonesia itu merupakan poros maritim terbesar di dunia tapi dukungan transportasinya hanya sembilan persen. “Inilah yang jadi kendala kita, maka agar terjadi keseimbangan pertukaran barang antara Timur dan Barat maka harus dibuatkan tol laut. Saya sarankan ini ke Pak Jokowi dan beliu setuju, ” ucapnya. (***)