Hingga saat ini, sistem transportasi di Kota Baubau masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan di Kota Baubau. Pemerintah harus segera melakukan pembenahan, karena merupakan hal yang sangat penting untuk membenahi wajah Kota Baubau.
Kota Baubau merupakan kota madya yang penduduknya sudah padat dan terpusat. Namun sampai hari ini belum ada tempat parkir yang memadai, serta belum adanya terminal dalam kota. Padahal kedua sarana ini sangat penting, karena menjadi simpul utama pengaturan sistem transportasi dalam Kota Baubau.
Keindahan dan keteraturan sebuah kota, ditentukan oleh sistem transportasinya yang sudah berjalan dengan baik. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota Baubau, untuk membenahi sistem transportasinya. Tidak adanya terminal dalam kota dan sarana parkiran yang memadai, membuat Kota Baubau dibanjiri oleh kendaraan roda empat maupun roda dua yang parkir disembarang tempat dengan menggunakan bahu jalan. Hal ini membuat keadaan jalan raya menjadi macet, terutama pada jam sibuk.
Yang menjadi titik kemacetan paling parah di Kota Baubau, adalah dikawasan Pasar Laelangi. Tidak adanya parkiran menjadi faktor utama membanjirnya kendaraan pada siang hari. Aktifitas ekonomi, bongkar muat barang, memperparah keadaan ini, ditambah dengan jejeran mobil yang parkir menggunakan bahu jalan.
Hal ini cukup membuat petugas Dinas Perhubungan cukup kesulitan untuk melakukan rekayasa lalu lintas agar dapat mengurai kemacetan. Para petugas berbaju putih ini harus sedikit memeras tenaga dan pikiran untuk mencari solusi pemecahan masalah kemacetan di kawasan Pasar Laelangi. Solusi yang tengah digaungkan saat ini adalah pembangunan lahan parkir tiga lantai yang akan didirikan di Kantor Satpol PP jika telah pindah kantor.
Adanya parkiran tiga lantai, dinilai dapat memecahkan masalah kemacetan yang selama ini menganggu benak masyarakat Kota Baubau. Selain menambah keindahan kota dengan adanya bangunan megah, parkiran ini juga dapat menambah penilaian terhadap Kota Baubau sebagai kota yang pertama di Sultra yang menyediakan parkiran bertingkat yang berdiri sendiri.
Kota dengan benteng terluas di Dunia ini, sama sekali belum memiliki terminal dalam kota yang memadai. Yang ada saat ini adalah simpul-simpul terminal yang bukan dikelola oleh pemerintah seperti Lapangan tembak yang merupakan lahan milik TNI AD terminal di Pasar Karya Nugraha yang pengelolaanya milik swasta. Sementara terminal di Pasar Wameo tidak cukup memadai, karena lahannya sangat kecil.
Tidak adanya terminal dalam kota, membuat para sopir mobil truk memarkir kendaraannya di sekitar Plaza Umna Rijoli. Hal ini merusak keindahan wajah Kota Baubau, terlebih dapat mengganggu transportasi disekitarnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Kota Baubau dalam hal ini Dinas Perhubungan, berencana membangun terminal dalam kota di pinggir laur sekitar kawasan Bone-bone. Reklamasi pantai untuk pembangunan terminal dalam kota, harus dilakukan karena sempitnya lahan di tengah kota.
Penataan kota yang tidak teratur, menjadi salah satu kendala semerawutnya sistem transportasi di Kota Baubau. Pemerintahan saat ini memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena penataan ini telah ada semenjak Kota Baubau masih berstatus sebagai ibukota Kabupaten Buton. Sehingga pemerintahan yang ada saat ini harus bekerja lebih keras dan berpikir lebih matang, untuk menyelesaikan permasalahan transportasi di Kota Baubau. (**)

