Peliput: Amirul – Editor: La Ode Adrian

BATAUGA, BP – Pasca mendapat aksi protes dari masyarakat Dusun Sambalagi, Desa Pogalampa, Kecamatan Batauga yang menanam pohon pisang tepat ditengah jalan akibat kualitas aspal jalan yang dianggap buruk, kini jalan tersebut sudah diperbaiki, namun kondisinya sudah tidak rata atau bergelombang.
Pantauan media ini, sejak beberapa pekan lalu, jalan yang ditanami pisang oleh masyarakat setempat sebagai bentuk protes atas perbaikan jalan yang dilakukan kontraktor dianggap tidak merata, pasalnya jalan yang diperbaiki para pekerja hanya dilakukan pada titik yang mendapat protes dari warga.

Sedangkan dibeberapa titik ruas jalan aspal yang bergelombang dan mengalami keretakan, belum mendapat perhatian dari pihak kontraktor. Padahal, jalan yang bergelombang dan mengalami keretakan tersebut baru selesai dikerjakan sebulan lalu.
Sebelumnya menurut salah seorang warga Dusun Sambalagi, Desa Pogalampa La Ode Ranta mengaku, aksi yang dilakukan warga tersebut bagian dari aksi protes. Dimana menurut amatan sejumlah warga, dibeberapa titik infrastruktur jalan di Desa Pogalampa tersebut diduga memikiki material yang kurang berkualitas.
Lanjutnya, faktanya dibeberapa titik memiliki postur aspal yang labil. Material landasan tanah timbunan diduga tidak melalui uji laboratorium, dan ketebalan aspal yang juga tidak merata.
“Karena jalan ini tiap hari kita lalui, lalulintas kendaraan yang lalui banyak, masa belum cukup satu bulan sudah retak-retak, baru kondisi jalanya bergelombang,” kata La Ode Ranta ditemui di kediamanya beberap waktu lalu.
Menurut dia, secara kasat mata kualitas jalan tersebut kurang berkualitas dari kondisi tanah timbunan dan aspalnya, sehingga mengakibatkan jalan bergelombang.
Dikatakan, pihak kontraktor selama ini hanya melakukan penambalan terhadap jalan-jalan yang mengalami kerusakan, dimana pengerjaan terhadap jalalan rusak tidak di daur ulang, melainkan aspal baru hanya ditempel pada bagian aspal yang mengalami keretakan.
“Itu mereka sudah bongkar tambal-tambal, kalau yang sudah rusak dan retak-retak ini mau ditempel-tempel seperti itu hasilnya sudah tidak bagus lagi karena sudah ditempel-tempel sudah tidak bagus kita lalui bergelombang,” katanya.
Ia berharap kepada pemerintah, untuk melakukan evaluasi pengawasan dan pembenahan kualitas infrastruktur pembangunan maupun kepada pihak kontraktor, sehingga pembangunan dan uang daerah tidak dihabiskan untuk pengerjaan yang buruk dan amburadul.
“Bukan kontraktor yang datang hanya ambil untung di sini baru mereka pulang kampung, baru hasilnya kualitasnya buruk kita yang nikmati pahitnya, jalan sudah rusak begini tidak cukup 2 cm tebalnya itupun tidak merata,” imbuhnya.
Ia mengaku warga cukup bersyukur dengan diaspalnya jalan tersebut, namun jika dengan kualitas jalan yang kurang bagus seperti itu tentu masyarakat akan beropini tersendiri tentang kinerja yang diberikan, dimana hal itu dianggap sangat merugikan daerah terutama masyarakat.
Kepala Desa (Kades) Pogalampa La Nabi membenarkan terkait sejumlah infrastruktur jalan yang dikerjakan kontraktor CV Merah Putih yang kurang berkualitas. Hanya saja menurutnya, warganya menilai kurangnya kualitas jalan tersebut melihat dari material dan kondisi jalan yang bergelombang dan labil.
“Ini sebagai bentuk protes warga, karena menurut mereka kualitasnya kurang bagus baru sebulan sudah rusak, meskipun ini masih masa pemeliharaan tapi kalau sudah ditambal-tambal sudah tidak bagus, ” tandas La Nabi beberapa waktu lalu.(*)
