Peliput : Amirul
BATAUGA, BP – Potensi pengembangan dan budidaya tanaman holtikultura di wilayah Buton Selatan khususnya di dua kecamatan, Sampolawa dan Batauga cukup menjanjikan. Di masa depan, jika dikelola dengan profesional Busel akan menjadi sentra holtikultura.
Dari sisi letaknya yang strategis yakni dekat dengan Kota Baubau sebagai pusat pemasaran dan tanahnya yang subur serta didukung yang masyarakatnya sebagian besar berprofesi petani
Plt Dinas Pertanian Busel, Muhammad Rais mengatakan Buton Selatan memiliki potensi sentra holtikultura sebagai penyuplai sayur-sayuran di Kota Baubau. Komiditi budaya holtikultura cukup menjanjikan untuk mensejahterakan masyarakat
“Dari tahun ketahun kebutuhan sayur-sayuran di Kota Baubau meningkat, Ini peluang besar Buton Selatan sebagai sentra holtikultura,” kata Muhammad Rais saat ditemui belum lama ini
Dikatakannya, saat ini penyuplai sayur-sayuran misalnya tomat dan cabai di Kota Baubau berasal dari wilayah Muna, Kabupaten Buton, dan Buton Utara, bahkan didatangkan dari Surabaya dan Makassar. Keuntungan Busel adalah pada letak yang strategis yakni jarak dengan daerah pemasaran lebih dekat
“Dari Batuaga ke Kota Baubau hanya butuh waktu belasan menit, suplai sayuran lebih segar, harga lebih bersaing. Berbeda dengan daerah lain butuh waktu berjam-jam untuk tiba di Kota Baubau dan harganya cukup mahal karena biaya transportasi dan lainnya,” tuturnya
Dengan melihat peluang besar ini, Dinas Pertanian Busel mulai merancang program untuk budidaya tanaman holtikultura serta membuat pelatihan-pelatihan untuk menguatkan masyarakat petani sehingga mendapat hasil panen yang melimpah. Selain itu dukungan pemerintah pusat misalnya bantuan alat mesin pertanian berupa 1 unit traktor, 20 kultivator, lima pompa mobile dan lainnya telah berada di Busel untuk dioperasikan sehingga dapat menunjang laju pengembangan dan budidaya pertanian
“Busel kita mulai dulu dengan tanaman holtikultura, karena masa panennya lebih cepat 3-4 bulan, jika ini berhasil dilakukan oleh masyarakat petani maka imbasnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan percepatan pembangunan Buton Selatan,” ucapnya
Lanjutnya, ketakutan besar masyarakat petani Busel adalah sulitnya mengolah tanah 1 hektar untuk lahan pertanian menggunakan alat tradisional, lama pengerjaannya apalagi hasil panen tidak maksimal. Namun dengan hadirnya alat dan mesin pertanian bantuan pemerintah pusat, maka masyarakat petani akan dipermudah
“Kelompok petani boleh meminjam alat dan mesin pertanian bantuan pusat, jika dulu mengolah lahan menggunakan cangkul hingga memakan waktu berminggu-minggu, dengan adanya traktor maka pengolahan lahan 1 hektar hanya satu jam, kalau dilahan kurang dari satu hektar menggunakan kultivator,” ujarnya
Ditambahkannya, untuk memulai dan mendorong kembali kelompok petani, pihaknya akan membuat lahan percontohan pertanian di lahan Badan Penyuluhan Pertanian. “Ini diupayakan agar masyarakat petani dapat melihat langsung proses pengembangan budidaya tanaman holtikultura, sebagai lahan pelatihan sekaligus menumbuhkan minat masyarakat untuk kembali bertani,” tukasnya.(*)