Peliput: La Ode Adrian
BAUBAU, BP – Kemarau basah yang merupakan cuaca langka yang kini melanda Kota Baubau, sangat mempengaruhi aktivitas masyarakat, terutama para mahasiswa yang ada di Kota Baubau.
Ranis Nanda, salah satu mahasiswi Unidayan Fakultas Tekhnik Sipil mengatakan, dirinya jadi sulit mengatur waktu ke kampus untuk mengurus hal-hal penting mengingat saat ini kuliahnya sudah menjelang semester akhir, seperti mencari rekan proyek dan pengurusan surat untuk Kerja Praktek (KP) dilapangan, dikarenakan hujan yang kerap terjadi secara tiba-tiba.
“Sekarangkan kita itu sudah mau KP, jadi sudah sibuk-sibuknya. Belum kita cari rekan proyek yang mau terima kita untuk kerjasama supaya kita bisa praktek lapangan, belum bulak balik kampus, karena kadang kita sudah janjian sama teman-teman, eh tiba-tiba hujan, padahal tadinya panas. Jadi batal lagi,” ujarnya.
Dikutip dari edisi Baubau Post beberapa waktu lalu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Baubau Natsir SSos mengatakan, kemarau basah yang merupaka cuaca langka terakhir kali terjadi di Kota Baubau pada tahun 2010, dan kini terulang lagi pada 2016.
Dijelaskan, musim kemarau basah yang kini melanda Kota Baubau akan terjadi hingga akhir tahun. Meskipun begitu, namun curah hujan yang kerap terjadi berbeda dengan hujan yang turun pada musim dingin, dimana turunnya hujan pada musim kemarau basah tidak terlalu deras dan hanya sebentar.
Musim kemarau basah disebabkan oleh permukaan air laut bagian Tenggara Australia memanas, sehingga air aut menguap dan naik keatas membentuk awan hitam dengan potensi hujan. Kemudian uap tersebut membentuk sebuah pusaran angin dan berbelok dari arah Tenggara ke Barat laut menuju Kutub Utara.
Belokan angin tersebut melewati Indonesia dan berdampak pada iklim di Indonesia, sehingga menyebabkan musim kemarau basah pada bagian tenggara Indonesia termasuk Sulawesi Tenggara khususnya Kota Baubau.(*)