Peliput: LM Syahrul, Editor: Gustam
BAUBAU, BP- Puluhan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan) Baubau terlibat konflik dengan Polisi Pamong Praja (Pol PP) saat menggelar aksi memperingati Hari Buruh di depan Kantor Walikota Baubau, kamis (02/05).
Konflik tersebut dipicu hadangan Pol PP kepada peserta aksi yang hendak memaksa masuk ke dalam kantor walikota untuk bertemu salah satu staf perwakilan Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau untuk mempertanyakan tuntutannya.
Dalam aksinya, mahasiswa menuntut kesejahteraan para buruh. Pemkot Baubau diminta untuk memperhatikan upah minimun para buruh dengan mengawasi penetapan Upah Minimum Provisi (UMP).
“Mementum Hari Buruh se dunia ini mengisyaratkan bahwa tenaga kerja atau buruh merupakan bentuk nyata masyarakat Indonesia dalam mendapatkan kebebasan memperjuangkan haknya,” kata Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Rahmat Z Udu.
Mahasiswa menilai, pemerintah saat ini lambat dalam menyelesaikan persoalan para buruh. “Kompleksitas permasalahan buruh hari ini belum terselesaikan, itu membuktikan bahwa pemerintah masih belum serius dalam mensejahterakan buruh,” ungkapnya.
Kondisi tersebut, kata Rahmat, sangat disarakan oleh para buruh. Banyak dari mereka yang mendapatkan gaji tidak sesuai UMP. Parahnya, masih ada badan usaha yang melakukan pemecatan semena-mena.
“Hal ini yang dirasakan oleh buruh di kota Baubau. Banyak pengusaha yang tidak memberikan upah yang layak, diperparah lagi dengan karyawan kotrak, pemecatan secara sewenang-wenang, serta tidak mendapatkan jaminan sosial,” ungkapnya.
Pantauan media ini, setelah berunjuk rasa di depan kantor walikota, masa aksi melanjutkan aksinya di Rumah Jabatan (Rujab) walikuta. Di Rujab, mereka disambut oleh Walikota Baubau Dr HAS Tamrin MH yang menyaring aspirasi tersebut untuk kemudian dilakukan evaluasi. (#)

