Laporan: Ardi Toris
SULTRA, BP-Dalam pidato singkat pada acara ramah-tamah ulang tahun ke-51 Brigjen TNI Jannie Aldrin Siahaan, Komandan Komando Rayon Militer (Danrem) 143/HO, Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) H Ali Mazi SH kembali mengabarkan rencana untuk mengupayakan agar Sultra memiliki dua Korem, sekaligus mengupayakan peningkatan status setingkat lebih tinggi pada Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) dan Pangkalan Angkatan Udara (Lanud).

Korem 143/HO dan Kepolisian Daerah telah ditingkatkan statusnya, setingkat lebih tinggi menjadi tipe-A. Peningkatan status tersebut disertai kenaikan pangkat pada jabatan para pimpinannya. Menurut Gubernur Ali Mazi, kenaikan status markas komando yang sudah dilakukan di lingkup TNI-AD dan Kepolisian, dapat diusulkan pula untuk TNI-AL dan TNI-AU.
Menurut Gubernur Ali Mazi, luas wilayah Sultra yang tepat berada di pertemuan garis lintas dan garis bujur Indonesia, sekaligus mencakup dua teritori darat dan kepulauan, sesungguhnya menjadikan wilayah ini memiliki peran strategis dalam lansekap pertahanan dan keamanan negara. Sejarah militer pihak Sekutu dan Jepang (dalam Strategi Pasifik pada Perang Dunia II) mencatat bagaimana area-area strategis (darat, laut, dan udara) yang kini berada dalam wilayah Sultra, dijadikan sebagai pangkalan militer oleh Jepang, baik untuk pertahanan atau untuk menyerang pihak Sekutu.
Dai-Nippon Teikoku Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) pada masa Perang Dunia II, adalah Angkatan Laut terkuat, terbesar, serta termodern di dunia. Di wilayah Pasifik, kekuatan militer laut Jepang bahkan melampaui dua kekuatan laut (Amerika Serikat dan Inggris). Untuk mengelar Operasi Selatan-Selatan, Jepang menjadikan Kendari sebagai Prime Naval Base (Pangkalan Angkatan Laut Utama) dalam misi penyerangan ke Australia.
Sedemikian pentingnya misi tersebut, dari 11 kapal induknya, Jepang sampai harus mengerahkan dua kapal induk utama (Hiryu dan Soryu) yang mereka gunakan menyerang Pearl Harbour dan menempatkannya di perairan Kendari (Stering Bay).
Dari dua kapal induk inilah, Jepang berhasil menghancurkan Darwin (Raid Darwin). Menurut Gubernur Ali Mazi, posisi perairan Kendari yang sangat strategis inilah yang semestinya membuat status Lanal Kendari memperoleh kenaikan setingkat Lantamal, dan dipimpin Perwira Tinggi TNI AL bintang satu (Laksamana Pertama/Brigadir Jenderal).
Keutamaan posisi laut, juga sama persis dengan keutamaan posisi dalam pertahanan udara. Posisi dan area lapangan udara yang saat ini digunakan Lanud HLO Kendari adalah situs bersejarah dalam Perang Dunia II. Karena sangat strategis, Lanud Kendari bergantian diperebutkan oleh Pasukan Sekutu dan Pasukan Jepang. Lanud Kendari selain sebagai jalur penentu suplai persenjataan, juga merupakan hangar utama pesawat tempur kedua pihak. Lanud Kendari adalah salah satu faktor keberhasilan Jepang menyerang posisi sekutu di Australia melalui udara (Darwin Air Raids) pada 2 Mei 1943, dan melindungi wilayah udara di timur Indonesia.
Saat ini, Lanud Halu Oleo (HLO) Kendari masih berstatus Lanud tipe-B yang dipimpin komandan berpangkat Kolonel, sehingga jika statusnya ditingkatkan ke tipe-A akan dipimpin komandan berpangkat Marsekal Madya. Sebagaimana peningkatan status Korem, dan kelak Lanal, maka peningkatan status Lanud HLO Kendari akan diikuti dengan peningkatan jumlah fasilitas militer, alutsista, dan personel pengawak. Sesuai Daftar Susunan Personel (DSP) TNI-AU, maka Lanud HLO Kendari yang bertipe-B sedikitnya telah diawaki 450 personel (militer dan PNS). Lanud HLO Kendari berada di bawah Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) II yang berkedudukan di Makassar.
Sesuai mekanisme cara pengusulan dan jalurnya, Gubernur Ali Mazi akan bertemu dengan Presiden RI, Menhamkam, dan jajaran Pimpinan TNI dari ketiga angkatan tersebut untuk menjajaki kemungkinan percepatan kenaikan status dan penyesuaian nomenklatur untuk wilayah militer Sultra.(*)

