Peliput: Hengki TA
LABUNGKARI, BP – Dari 17 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara (Sultra), prevalensi balita stunting tertinggi berada Kabupaten Buton Tengah (Buteng). Hal tersebut diungkapkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sultra.

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, Buteng yang saat ini dipimpin Pj Bupati Muhammad Yusuf, prevalensi stunting di Buteng menduduki posisi pertama se-Sultra, dengan angka mencapai 41,6 persen. Padahal WHO (organisasi kesehatan dunia), perna mengatakan masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen.
“Angka Stunting tertinggi sebelumnya Kabupaten Busel di tahun 2021. Sementara untuk angka stunting tertinggi di tahun 2022 di Kabupaten Buteng dengan angka 41,6,” ungkap Asmar, Kepala BKKBN Provinsi Sultra Asmar.
Lanjutnya, walaupun berada diposisi pertama se-Sultra, angka stunting di Buteng juga mengalami penurunan 1,1 persen, dari sebelumnya 42,7 persen menjadi 41,6 persen.
Adapun, penyebabnya tingginya angka stunting pertama berdasarkan spesifik yang berkaitan dengan gizi, kedua berkaitan dengan sanitasi, jamban, air bersih. bagaimana untuk memenuhi air bersih, jamban sehat, dan sanitasi lingkungan, sementara 70 persen prevelensi stunting disebab karenanya tidak adanya sanitasi dan 30 persen gizi
“Untuk masalah gizi, dinas kesehatan sudah melakukan kerja keras, tentunya pihak instasi terkait ikut membantu bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan gizi yang ada di daerah,” jelasnya.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutan gizi, pihaknya memiliki program Dapur Sehat Atas Stunting (Dasyat) di kampung KB. Dimana, salah satu upaya untuk mensosialisasikan makan-makan bergizi kepada masyarakat, sehingga bisa menyajikan makan-makan yang sesuai dengan kebutuhan dan nutrisi untuk keluarga.
baca juga: Warga Buteng di Gegerkan Ditemukannya Mayat Wanita Hanyut di Laut
Selain itu juga, BKKBN Provinsi Sultra akan melaksanakan Rakerda untuk mengevaluasi inflasi kinerja terkait angka stunting dari tahun 2021-2022. Rencananya dari kegiatan tersebut akan dirancang rencana- rencana apa yang akan dilakukan di tahun 2023.
“Kita juga aoan melihat, bagaimana potensi stunting ke depan, hingga strategi-strategi untuk bisa terlaksananya penurunan angka stunting di tahun 2023,” tutupnya.(*)