Oleh: Ansar SPdI (* Penulis adalah Guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Baubau. Email: ansar.siratun@gmail.com)
KATA viral belum penulis temukan dalam kamus bahasa Indonesia. Penulis mencoba mengupdate lewat google translite ternyata viral diterjemahkan Alfirusiyyah dalam bahasa arab artinya virus. Virus menurut bahasa adalah mikroorganisme yang tidak dilihat kecuali dengan mikroscop electron; mikroorganisme yang menyebabkandan menularkan penyakit (Em Zul Fajri dan Aprilia Senja, 2008:857).
Adapun kata moral artinya ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat; berani; berani; disiplin dsb.
Istilah viral lebih terkenal di media sosial yaitu ketika seseorang mengupload gambar atau berita yang menjadi konsumsi masyarakat luas dengan cepat menyebar hingga menjadi aktual dan menjadi modal bagi tiap orang untuk cepat terkenal dan dikenal oleh siapapun yang melihat dan mendengar viral dimaksud.
Viral yang terekspos tentu mengandung maksud dan tujuan, misal dalam dunia politik; Politikus yang mengaupload gambar atau berita lewat media sosial tentu mengandung maksud dan tujuan supaya popularitas atau image publik ataupunn pencitraan politik dapat diraih dan mendapatkan status sosial maupun status politik. Seiring istilah viral muncul juga istilah hoax yang dikaitkan dengan informasi atau berita yang tidak tepat dan tidak aktual alias berita bohong.
Viral dan hoax dalam sudut pandang media sosial berhasil membengun opini publik atau paradigma baru bahwa masyarakat sosial harus lebih kritis dan hati-hati dalam merespon viral dan hoax apalagi dengan munculnya undang-undang tentang media sosial.
Moralitas atau bermoral adalah subyek, manusia produktif dan aktif yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Orang yang bermoral penuh dedikasi dan tanggung jawab dalam berbuat dan bekerja dengan penuh ikhlas dalam arti bahwa orang yang bermoral memiliki kepribadian atau karakter mulia dan terhormat dari aspek sosial, politik dan masyarakat.
Viral dan moral dalam arti positif adalah bagian dari dakwah sosial atau upaya untuk mengajak masyarakat sosial untuk melihat, mendengar, membaca dan mengambil contoh-contoh positif yang cepat tersebar dan tersalur kepada kalangan orang-orang besar seperti pejabat dan konglomerat sampai kepada masyarakat kecil yang hampir sekarat yaitu orang miskin, pemulung dan lain-lain. Namun dalam dunia sosial, media sosial tidak sedikit pula yang memanfaatkan untuk hal-hal negatif seperti pornografi dan porno aksi atau perbuatan-perbuatan amoral lainya.
Menyikapi viral di media sosial sebenarnya tidak perlu berlebihan bahkan sampai mati-matian mempertahankan kebenaran yang belum pasti nyata atau nisbi yang belum tentu benar, makanya ada sebuah istilah dalam pepatah Arab “ Alkhabaru Ma La Yahtamilu Shidqa Wal Kadzib” artinya bahwa kabar atau berita baik itu gambar ataupun info tertulis, boleh jadi benar atau boleh jadi salah.
Jadi setiap orang harus selektif dalam mengadopsi dan mengkonsumsi berita , ibarat makanan apabila kita salah memilih boleh jadi racun yang dimakan; ibarat makanan apabila terlalu berlebihan maka akan menjadi mubazir dan haram di makan kerana akan berakibat buruk bagi kesehatan.
Dalam kasus viral dan moral, tentu moralitas harus di kedepankan sebagai batu loncatan untuk mengambil sikap dan keputusan sebab orang yang bermoral tidak mudah terprovokasi dengan viral, gambar gombal atau sekedar lelucon belaka.
Pengguna media sosial dari anak-anak, dewasa sampai orang tua dari kalangan konglomerat sampai orang melarat; ketahuilah! Media sosial hanyalah dunia maya bukan dunia nyata yang sebenarnya. Jangan mudah terprovokasi apalagi tertipu karena Tuhan akan membangkitkan kita pada kehidupan abadi yaitu akhirat yang pasti dan pada saat itu tidak ada lagi harta dan anak-anak yang dibanggakan bisa menjadi saksi dan pertolongan, di akhirat tidak ada lagi protes apalagi demonstrasi meskipun kita sudah lupa apa yang pernah dilakukan didunia baik nyata maupun maya.
Sebagai ilustrasi akhir dari bentuk protes manusia di akhirat adalah sebagaimana diabadikan dalam Alquran surat Thaha ayat 125 yang berarti “ Ya Tuhanku, mengapa engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta , padahal aku dahulunya (saat di dunia) adalah seorang yang melihat. (20:125)
Demikian semoga bermanfaat dan menjadi renungan. Wallahu A’lam.
