Laporan: Ardi Toris
MENGABDI selama kurang lebih 45 tahun sebagai pendidik, Kepala Sekolah SDN 2 Laompo Buton Selatan La Ode Abdin SPd sudah mengenyam beragam pengalaman. Pria Kelahiran Masiri 31 Desember 1963 itu sejak tamat sekolah pendidikan guru (SPG) di Baubau tahun 1982 langsung diangkat jadi guru berstatus ASN.
Abdin mengungkapkan dia memulia karirnya sebagai guru pertama kali ketika ditempatkan di Kecamatan Poleang (saat itu masih bergabung dengan Kabupaten Buton, sekarang sudah menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bombana-red) pada tahun 1982. Selama 16 tahun mengabdikan diri sebagai pengajar di Poleang, dia pun akhirnya menikah Hardianti yang merupakan darah Poleang.
“Pada tahun 1982 Sultra kekurangan guru, jadi semua lulusan SPG tahun 1982 langsung diangkat jadi guru dan penempatan pertama saya langsung di Poleang. Nanti tahun 1998 saya dimutasi ke SDN 1 Laompo di Kecamatan Batauga, saya pulang kampung,” ucap Abdin yang tinggal 10 bulan lagi akan purna Bhakti.
Alumni SDN Masiri tahun 1975 dan SMPN 1 Baubau 1979 itu pun melaksanakan tugas sebagai guru di SDN 1 Laompo dan pada tahun 2005 dia pun mendapatkan kesempatan mengikuti guru berprestasi mewakili Kecamtan Batuga waktu dan berhasil sebagai juara pertama tingkat Kabupaten Buton. Abdin lalu ikut lomba yang sama untuk tingkat Sultra dan juga mencatatkan prestasi sebagai guru berprestasi yang berjasil menjadi juara dua.
Usai berolahraga. Program kegiatan senamnya ini setiap minggu. Untuk jumat ini olahraga dan jumat depannya itu kegiatan keagamaan baca yasin. La Ode Abdin SPd, Masiri 31 Desember 1983. tinggal 10 bulan sudah purna bhkati.
“Karena prestasi itu, saya dijanjimi sama pak Anwar Amiri yang saat itu menjadi kadis pendidikan Buton. Beliau mengatakan bila ada sekolah yang baru maka saya akan diorbit menjadi kepala sekolah. Ketika ada sekolah ini maka saya diangkatlah jadi kepala sekolah tahun 2007 di SDN 2 Laompo,” katanya menceritakan.
Abdin kemudian memimpin SDN 2 Laompo sejak tahun 2007 hingga sekarang. Dia mengungkapkan saat pertama kali memimpin sekolah itu bangunanya baru ada tiga kelas. Selebohnya di lokasi itu hanya ada pohon ketapang yang berjejer di tepi pantai laompo.
“Gedung yang ada sekarang ini nanti dibangun tahun 2015 yang diusulkan melalui proyek revitalisasi sekolah dasar. Saat itu yang berhasil mendapatkan proyek tersebut hanya ada dua sekolah yaitu SDN 1 Bahari yang ada di Kecamatan Sampolawa dan SDN 2 Laompo. Maka dibangunlah musholah dan rujab kepala sekolah serta beberapa kelas,” tuturnya.
Di tahun 2007 ketika sekolah itu mulai beroperasi, lanjutnya, status sekolah masih akreditasi C. Lalu dengan ketekunan dan kerja kerasnya, SDN 2 Laompo naik status menjadi sekolah akreditas B. Dan Akhirnya pada tahun 2019, Abdin bersyukur sekolahnya bisa mendapatkan akreditasi A.
Sekolah yang didirikannya itu pun rupanya sering digunakan untuk berbagai rapat oleh beberapa dinas di Pemda Busel saat pertama kali mekar dari Kabupaten Buton karena memiliki ruang kelas yang bersabung. Dia pun selama dua periode ditunjuk sebagai ketua kelompok kerja kepala sekolah (Ketua K3S) di Buton Selatan.
Non juga versi Videonya:
“Inilah m ungkin yang membuat saya selama 16 tahun mengabdi di SDN 2 Laompo tidak pernah digeser ke tempat lain. Sam halnya ketika saya jadi guru di Poleang juga kurang lebih 16 tahun tidak pernah digeser karena saya adalah mantan tilawah dan pernah mewakili Sultra tingkat nasional di Manado untuk anak-anak usia 14 tahun. Berbekal itu saya membina anak-anak di Poleang untuk mengaji,” tuturnya.
Ketika pertama kali balik di Kecamatan Batauga, sebagai ASN yang gemar berdakwah dia pun dipercaya menjadi penyuluh agama. Seiring berjalan waktu dan adanya perubahan aturan untuk ASN maka kegiatan penyuluh agama sudah tidak dijalankannya lagi.
Banyak orang yang mempertanyakan apa yang menjadi rahasia Abdin yang berprofesi sebagai guru itu jarang pundah-pindah sekolah saat bertugas. Dalam karirnya dia hanya mengahar di tiga tempat yaitu SD di Poleang, lalu di SDN 1 Laompo dan terakhir hingga memasuki masa pensiun bertugas di SDN 2 lampo Busel.
“Pertama, waktu masa-masa pemilihan kepala daerah, saya harus jaga diri. Yang saya dengar saya dengarkan saja, yang saya lihat saya lihat saja, dan yang saya rasakan pun saya rasakan sendiri saja. Maksudnya kalau ada kebijakan terntu tidak usah saya ekspos-ekspos keluar. Saya mawas diri saja,” ucapnya.
Kedua, pasca Bapak Umar Samiun menjadi Bupati Buton, “Turun SK tim suksesnya bahwa saya mau dipindahkan di Masiri karena itu desa kelahiran saya.Tapi saat itu saya sampaikan saya lebih suka di SDN 2 Laompo. Ketiga, kami selalu bekerjasama dengan orang tua siswa misalnya setiap kegiayan ekstra kurikuker kita adakan pengajian di sini. Jadi ketika mereka dengar saya mau dipindahkan mereka minta jangan kasih pindah kita punya kepala sekolah,” ungkapnya.
Bersama dengan istrinya Ny Hardianti, Abdin dikarunia lima orang anak. Anak pertama bernama La Ode Nurdiansyah berstatus ASN yang bertugas di BMKG Pusat. “Tapi istrinya orang Pasarwajo. Anak saya ketika masih SMA di Batauga dan istrinya SMA di Pasarwajo keduanya sering bertemu di Baubau ketika ada kegiatan OSIS, dan akhirnya berlanjut hingga kejenjang pernikahan, tuturnya.
Sementara anak keduanya juga sudah menjadi ASN dan kini bertugas di Dinas PUPR Buton Selatan. “Jurusan anak kedua saya ini sama dengan jurusannya mantan Walikota Baubau Pak Amirul yaitu jurusan Tata Kota. Jadi ilmunya bisa digunakan untuk membangun Busel,” lanjutnya.
Untuk anak ketiga dan keempat keduanya sudah menyelesaikan pendidikan sarjana. Anak ketiga sedang mengabdi di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Busel dan Anak keempat dengan latar belakang Managemen Industri juga sedang menjalani hari-harinya sebagai tenaga honorer di salah satu instansi di Busel. Sementara anak ke lima kini duduk dibangku SMA.
“Jadi anak-anak saya ini tidak ada yang ikut jejak bapaknya sebagai pengaji dan pendakwah. Masing-masing mencari jalan kesuksesannya sendiri,” katanya dengan penuh haru. (*)