F9.1 Polisi berjaga jaga di Desa Koroe Onowa pasca penghadangan massa aksi unras. FOTO Duriani Baubau Post 1Polisi berjaga-jaga di Desa Koroe Onowa pasca penghadangan massa aksi unras. FOTO Duriani Baubau Post (1)

Peliput: Duriani

WAKATOBI, BP – Rencana aksi unjuk rasa (unras) oleh sejumlah warga Desa Koroe Onowa, Kecamatan Wangi-Wangi yang tergabung dalam Forum Bersama (Forbes) di depan Kantor Bupati Wakatobi, Senin (22/1/2018) gagal terlaksana.
Forbes, yang berencana mengkritisi pembangunan sebuah resort di wilayahnya karena diduga telah merusak hutan mangrove dihalangi massa dari Desa Koroe Onowa yang kontra dengan rencana aksi tersebut. Aksi penghadangan itu terjadi di wilayah Desa Koroe Onowa saat bersiap-siap hendak menuju kantor Bupati Wakatobi untuk menyuarakan aspirasinya.
Menurut saksi mata, kejadian penghadangan itu sempat menjadi perhatian masyarakat setempat. Pasalnya, massa kontra dengan rencana aksi itu sempat tarik-menarik hingga mencekik leher antara kordinator lapangan (korlap) dengan massa kontra. Beruntung pihak Kepolisian cepat tanggap melerai kejadian itu.
“Tadi saat saya pulang dari kebun, saya sempat melihat aksi dorong-dorongan itu. Kenapa harus dihadang, warga kan hanya ingin tahu apa alasan pemerintah memberikan izin pembangunan jika merusak hutan mangrove. Bagaimana kita mau sampaikan aspirasi jika belum bertindak sudah dihadang dan dibubarkan,” ucap La Pnde, salah seorang warga Desa Koroe Onowa yang sempat menyaksikan kasi dorong-dorongan itu, Senin (22/1/2018).
Menurut La Pende, warga yang ingin menyuarakan aspirasinya itu, selain mempertanyakan pengrusakan hutan mangrove. Massa juga ingin menanyakan rencana penimbunan lokasi pemakaman umum di lokasi pembangunan resort milik penguasa tersebut. Pasalnya, pemakaman umum tua itu konon akan digusur atau ditimbun demi kelancaran pembangunan resort.
“Isunya ini juga kan akan dilakukan penimbunan pemakamam umum di lokasi pembangunan resort itu. Pemakamam umum itu kan milik keluarga masyarakat banyak di desa ini. Dan saya sendiri tidak setuju jika pemakamam itu ditimbun karena ada kuburan kakek dan nenek saya. Dan sampai kapanpun masyarakat tidak akan setuju jika pemakamam itu ditimbun,” ujar La Pende.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Koroe Onowa, Asmudin, membantah isu penimbunan tempat pemakaman umum. Menurutnya, pemakaman itu harus ditata agar menjadi lokasi wisata religi. Dan pihaknya masih berkoordinasi dengan tokoh-tokoh di desanya.
“Tidak benar jika ada isu penimbunan pemakaman umum. Justru kami sedang memikirkan dengan tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda bagaimana agar pemakaman umum ini bisa ditata agar menjadi lokasi wisata religi. Di pemakaman umum ini juga ka nada kuburan kakek nenek pemilik resort,” terang Asmudin.
Amatan Baubau Post, sesaat setelah aksi penghadangan dan pembubaran massa aksi itu. Polisi berjaga-jaga dengan persenjataan lengkap. Hingga berita ini diturunkan, situasi di Desa Koroe Onowa kembali kondusif.
Untuk diketahui, pembangunan resort yang diduga akan melakukan penimbunan pemakaman umum serta pengrusakan hutan mangrove itu merupakan milik H Arhawi, yang juga Bupati Wakatobi saat ini. (*)

Visited 1 times, 1 visit(s) today