Pelipu : Amirul
BATAUGA, BP – Potensi wisata Buton Selatan cukup banyak karena belum tergali secara maksimal hingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ataupun berinvestasi, namun tanpa bentuknya Rencana Pengawasan Induk Daerah (Rippda) upaya untuk menggenjot potensi pengembangan pariwisata tidak akan terjadi.
Kabid Pengendalian Promosi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Yulkhaidir Mili SPd MPd mengatakan, intinya prpgram Rippda harus terbentuk, tanpa itu kegiatan daerah dalam mengelola potensi kepariwisataan tidak akan maksimal.
Kata Yulkhaidir yang baru beberapa bulan bertugas di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, akan segera membentuk Rippda, sehingga semua kegiatan dalam upaya menggenjot pengembangan potensi kepariwisataan akan lebih terarah.
“Karena masterplannya berdasarkan Rippda. Tanpa itu kita tidak bisa berbuat banyak. Ini yang menjadi fokus perhatian kami untuk mendesak terbentuknya Rippda,” kata Yul (sapaan akrab Yulkhaidir), ditemui di ruang kerjanya belum lama ini.
Pria yang menguasai enam bahasa asing ini akan mulai memetakan pengembangan pariwisata di Buton Selatan mulai bawah laut, maritim, kemudian situs sejarah, budaya, seni, kuliner, suaka marga satwa, goa, ekosistem, hingga adat istiadat masyarakat yang tersebar di tujuh kecamatan.
“Misalnya di Siompu, Desa Kaimbulawa, Sampolawa, Desa Rongi masih memegang teguh adat lama. Ini menjadi by design,” katanya lagi.
Seluruh dokumen itu akan dibuat berserta tim NGO. Karena salah satu fokus utama program bupati adalah tentang festival yang digelar selama tujuh bulan.
“Perencanaan kita akan diselenggarakan festival pariwisata di setiap kecamatan dan puncaknya diadakan di pulau ular itu, untuk mendapatkan rekor muri. Karena untuk di sejarah Indonesia belum ada DOB yang menyelenggarakan kegiatan setiap bulan berturut-turut dan kegiatan itu diupayakan masuk dalam kalender nasional pariwisata,” tuturnya.
Lanjut dia, hal itu untuk menarik para investor maupun pemerintah pusat agar Busel dikenal di mancanegara.
“Tanpa kegiatan promosi seperti itu Busel tidak akan dikenal. Tugas kami merealisasikan program tersebut sebagai tolak ukur, OPD akan dilibatkan, leading sektornya adalah Dinas Pariwisata,” ujarnya.
Mantan instruktur diving di tanam laut Wakatobi ini mengatakan ada 12 OPD yang akan dilibatkan, yakni kebudayaan, perikanan dan kelautan, BPMD, pertanian dan perkebunan, ketahanan pangan. Seluruhnya OPD ini akan terlibat dalam pengembangan pariwisata daerah.
Yul juga menjelaskan, di setiap wilayah akan dibentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Ini akan dibangun berdasarkan kultur masyarakat dengan memanfaatkan potensi di desa untuk diangkat menjadi potensi wisata. Nantinya masyarakat memiliki tanggung jawab bersama dalam menggenjot kepariwisataan bahkan peran masyarakat akan mendapat nilai ekonomi dengan menjual potensi yang ada di desa masing-masing.
Ditambahkannya, potensi bawah laut Busel cukup banyak, karena wilayah Busel 75 persen berada di kepulauan. Diempat kecamatan ini punya keunikan tersendiri. Seperti di Batuatas, terumbu karangnya masih bagus. Kemudian di Siompu dan Kadatua, pemandangan pasir putih dan terumbu karangnya juga msih bisa diperbaiki. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya bawah laut. (*)