-Dipercaya Bisa Terhindar Mara Bahaya
Ritual yang diadakan oleh para pemangku adat Desa Kalibu Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara (Butur) selain untuk mempererat tali silahturahmi antar umat Islam, mengingatkan nilai-nilai agama budaya, mendapatkan keharmonisan, juga dipercaya sebagai wadah berdoa agar terhindar dari mara bahaya.
Laporan: Darson Buton Utara
Bentuk ibadah atau ritual dari kepercayaan tersebut ialah apa yang dikenal dengan nama pesomba. Kegiatan ritual yang berkaitan dengan keyakinan ini dilakukan bisa satu kali setahun ataupun lebih. Namun pada biasanya pada pada setiap peralihan musim atau pergantian tahun.
Menurut kepercayaan ini jikalau tidak dilaksanakannya pasti akan dirasakan akibatnya oleh masyarakat (pedeaho lipu) dalam bentuk wabah penyakit, gagal panen, kerugian, musibah dan sebagainya.
Di Butur sendiri, selain Benteng Lipu sebagai pusat pemerintahan (kraton), di Barata Kulisusu terdapat tidak kurang dari 16 jaringan benteng, yaitu benteng-benteng; Wapala, Kadacua, Koro, Lasee, Pangilia, Naince, Tondoka, Mataoleo, Kambamanuru, Kandudia, Tomoahi, Bangkudu, Watoge, Gantara, dan Kalowo, serta benteng Kalibu. Tidak diketahui siapa saja dan kapan benteng-benteng tersebut didirikan.
Beberapa sumber hanya menjelaskan tentang Benteng Bangkudu. Benteng ini didirikan oleh Lakina Kulisusu, La Ode Sainondo dengan keliling sekitar 2100 meter, memiliki 8 buah pintu, di dalamnya terdapat dua makam kuno, baruga, 7 ekor keong, kamali, dan sebuah meriam hasil rampasan perang.
Baruga Benteng Bakudu sendiri berada kurang lebih 300 meter dari jalan raya. Untuk sampai di tempat ini, harus berjalan kaki dengan melewati area berbukit. Hanya satu rumah yang ada di dalamnya, konon katanya rumah tersebut yang menghuninya ialah penjaga benteng itu, dan sudah meninggal beberapa tahun silam.
Pada acara ritual yang digelar pada hari, Jum’at (2/12) di Baruga Bagkudu, lebih menitik beratkan membaca doa sesuai ajaran islam.
Masyarakat membawa beberapa jenis makanan, yang biasa dikenal dulang (lebe-lebe), ada sejumlah makanan persyarakat untuk baca doa seperti cucur, telur, ayam goreng dan sejumlah jenis makanan lainnya.
Selain dari unsur pemerintahan Butur, sejumlah tokoh baik itu tokoh agama, adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan masyarakat berkumpul di Baruga tersebut untuk berdoa kepada Allah SWT agar selalu diberikah rahmat.
Sebelum dilakulan baca doa, Bupati Butur Abu Hasan memberikan sambutan. Dalam kesempatan ini, orang nomor satu di Butur tersebut sangat bersyukur berada ditempat bersejarah teesebut.”Sangat bersyukur kita masih diberikan kesehatan, umur panjang sehingga kita bisa berkumpul ditempat yang sangat bersejarah, walaupun tempatnya di dalam hutan dan tersembunyi,” katanya.
Untuk kedepannya, Abu Hasan mengungkapkan akan membuat Baruga Bangkudu seperti Baruga yang lainnya. Nantinya, akan dilakukan perbaikan.
“Apalagi sudah ada satu dinas yang khusus mengelola urusan masalah-masalah kebudayaan yaitu dinas kebudayaan yang baru dibentuk,”ungkapnya.
Selain ada lembaga adat, tambah dia kedepannya acara-acara seperti ini tidak susah lagi diselenggarakan. Dimana, lembaga-lembaga adat selama selalu mengeluarkan uang dikantongnya masing-masing.” Nantinya sistem pembinaan lembaga adat itu saya akan rubah sedikit, dimana lembaga adat itu akan diberikan dana hibah,”ujarnya.
Modelnya, jelas ketua DPW Syarikat Islam Sultra ini ada uang yang disimpan di tengah setiap ada kegiatan adat budaya yang berkaitan dengan nilai-nilai sejarah. Sudah dari uang (kantongan) tersebut yang nantinya kita ambil sehingga tidak perlu lagi ambil uang-uang pribadi.
Tugasnya sebagai bupati tidak hanya membuat jalan dan jembatan untuk infrastruktur umuk, akan tetapi mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan infrastruktur penunjang sejarah.”Cepat atau lambat jalan yang yang menuju ke Baruga Bangkudu ini akan saya perbaiki. Mulai dari Baruga ini sampai jalan-jalan yang menghubungkan antara baruga sampai situs-situs bersejarah lainnya,” imbuhnya.
“Pada intinya tugas bupati bukan hanya membagun fisik jembatan dan jalanan tetapi juga harus membangun budaya dan agama. Jadi seorang bupati biar sikatakan berhasil membangun jalan dan jembatan berapa kilometer, kalau tidak bisa membangun budaya berarti belum berhasil,”tegasnya.
Sebelumnya, Abu Hasan menyempatkan diri berziarah dan berdoa bersama di makam leluhur di Benteng Keraton Nagkudu Kulisusu.(***)