BAUBAU, BP – Kakek Raimu, warga Pulau Makassar Kota Baubau bekerja menjadi pemulung untuk menyambung hidup. Bukan memulung di tempat sampah pada umumnya, Kakek Raimu memungut sampah yang bertebaran di laut.
Sampah laut berupa plastik yang dikenal dengan istilah ‘Rampe’ bagi masyarakat setempat, dikumpulkan dan ditimbang. Meski hasilnya tidak seberapa, namun setidaknya asap di dapur Kakek Raimu bisa tetap mengepul.
Pria bersahaja ini mengaku sudah sejak lama menjalani rutinitasnya sebagai pemulung laut. Dia berpikir, dari pada sampah-sampah plastik tersebut berhamburan dan mengotori laut, lebih baik dikumpulkan dan ditukar dengan uang.
Namun tidak setiap saat sampah di laut itu ada, hanya musim tertentu saja. Jadi jika tidak memulung di laut, Kakek Raimu menjalani pekerjaan lainnya sebagai nelayan.
“Rampe hanya ada pada musim barat, kalau lagi banyak kita pungut dan kalau tidak, yah mau tidak mau menjaring ikan di laut saja,” ungkapnya.
Setelah dipungut dari laut, Rampe kemudian dibersihkan dan dimasukan ke karung. Setelah mengumpulkan 10 atau 30 karung sampah plastik, Kakek Raimu kemudian membawanya ke kota untuk ditimbang. Per kilogramnya dihargai Rp 1500 hingga Rp 2000.
“Untuk mengumpulkan rampe hanya menggunakan modal capek saja, dari pada laut terlihat kotor karena sampah, lebih baik saya coba mengumpulkannya dan nantinya membantu kehidupan ekonomi saya,” tuturnya. (#)
Peliput: Nelvida A