BAUBAU, BP- Wilayah persawahan Waliabuku hingga saat ini belum memiliki saluran irigasi permanen untuk mengairi lahan pertanian. Yang ada saat ini hanya saluran irigasi tanpa beton.
“Saluran irigasi ada, tapi belum permanen dan biasa kalau ada tumpukan rumput atau sampah mudah tersumbat sehingga itu menjadi kendala untuk petani di sini,” ungkap ketua kelompok tani setia Ridwan.
Saluran irigasi tersebut biasa disebut oleh petani setempat sebagai saluran cacing. Lahan pertanian yang dapat diairi saluran irigasi tersebut seluas 40 hektar.
Irigasi tersebut mengalirkan air dari sungai sebagai sumber air andalan para petani Waliabuku. Tidak selalu lancar, terkadang para petani juga mengalami kekurangan air. Jika demikian, maka petani Waliabuku harus meminta air dari Ngkaring-karing.
“Kami hanya mengandalkan asupan air dari sungai karena diwilayah ini tidak memiliki sumur bor untuk mengairi persawahan, jadi sumber air murni dari sungai,” ungkapnya.
Lokasi persawahan yang mengalami kekeringan di Waliabuku berada di ketinggian. Meski sedang musim hujan, namun distribusi air kurang. Hal ini sangat mempengaruhi tanaman padi, bahkan bisa sampai tidak berbuah karena debit air berkurang.
“Kalau debit air kurang sangat berpengaruh untuk tanaman padi bahkan sampai kekeringan dan tidak dapat berbuah,” jelasnya.
Ridwan meminta adanya sambungan saluran irigasi secara permanen agar ke depannya asupan air dapat terpenuhi. (#)
Peliput: Nelvida A