Peliput: Nelvida A — Editor: Ardi Toris
BAUBAU, BP- Kreatifitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Lea-lea, Kota Baubau memanfaatkan ubi hutan beracun atau biasa disebut (Wondo) menjadi cemilan perlu menjadi contoh untuk home industri bagi ibu rumah tangga.
Ketua KWT Diana saat diwawancara Baubau Post, Jumat (12/06), mengatakan ubi hutan sangat berlimpah di wilayahnya yang bertempat di Kelurahan Kantalai Kecamatan Lea-lea.
Sehingga dirinya berinisiatif untuk memanfaatkan ubi hutan beracun yang diolah menjadi cemilan.
” Orang tua terdahulu biasanya memanfaatkan ubi hutan untuk dicampurkan dengan kasuami dan kelapanya, namun saya mencoba mencari inovasi yang dapat memanfaatkan ubi hutan tersebut agar dapat di kenal khalayak ramai maka dengan membuat keripik gadung,” jelasnya.
Sejumlah penelitian menyebutkan, getah ubi ini mengandung zat toksik yang dapat terhidrolisis hingga terbentuk asam sianida (HCN). Efek HCN yang dirasakan kala memakan ubi hutan tanpa pengolahan baik, yaitu tidak nyaman ditenggorokan, pusing, muntah darah, rasa tercekik, mengantuk dan kelelahan. Sebenarnya, mengolah ubi ini menjadi makanan sangat sederhana.
” Dengan cara merendam ubi dengan air campuran kayu namun kayu yang digunakan bukan sembarang kayu melainkan kayu seppang tujuan perendaman, untuk menghilangkan getah beracun, mencuci di air mengalir, sampai getah benar-benar habis kemudian di kukus, lalu di jemur di panas matahari,” jelasnya Diana.
Setelah prosedur tersebut kemudian keripik gadung dapat dimakan dan dijual sesuai dengan pesanan.
” Kecuali ada pesanan baru kami buat namun jika tidak kami tidak akan buat, biasanya ada konsumen yang pesan Rp 50000 sampai 100000,” ungkapnya.(#)