Peliput: Zaman Adha — Editor: Ardi Toris
BAUBAU, BP – Falsafah Sara pataanguna coba diangkat kembali Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau dalam nilai yang dikenal dengan Polima. Meski begitu nila-nilai luhur yang dibingkai dalam Polima menimbulkan pro dan kontra.
Walikota Baubau Dr HAS Tamrin MH bahkan mengangkat nilai-nilai ini ke dalam disertasinya berjudul ‘Pengaruh Implementasi Kebijakan Nilai-nilai Budaya Sara Pataanguna dan kepemimpinan pemerintahan Terhadap Pembangunan Kota Baubau. Disertasi ini sudah dipertanggungjawabkan untuk meraih gelar doktor di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Dirinya mengaku tak mau ambil pusing jika ada yang tidak setuju dengan Polima. Nilai-nilai yang terkandung dalam Polima yakni Pobhinci-binciki kuli, Popia-piara, Poangka-angkataka, Poma-maasiaka dan Poma-maeaka sudah ada sejak lama.
“Kalau ada yang tidak setuju, saya juga tidak pusing. Dua orang yang ikut itu, mari,” tandasnya.
Mengenai pro dan kontra Polima di tengah masyarakat, AS Tamrin mengambil contoh Pancasila yang saat ini juga tengah menjadi polemik, dan dibahas di televisi nasional. Padahal diangkatnya nilai-nilai Polima untuk menciptakan kedamaian di tengah masyarakat.
“Masalah pancasila saja sekarang ribut, apalagi polima. Padahal nilai itu sudah ada, tinggal kita angkat maksudnya itu untuk harmonisasi kehidupan,” ujarnya.
Dijelaskan, dalam naskah memang tidak ada kata ‘Polima’, begitu pula dengan kata Pobhinci-bhinciki kuli. Namun dalam implementasinya nilai-nilai tersebut ada.
“Siapa bilang tidak ada? Itu yang ingin saya gunakan, dan alhamdulillah banyak juga yang dari teman-teman yang bisa menggunakan,” katanya.
AS Tamrin kembali menyinggung Pancasila. Sama dengan Polima, kata Pancasila tidak terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Namun semua sila dalam Pancasila sudah tertulis dalam alinea keempat.
“Tidak disebut juga Pancasila, tetapi itulah butir-butir pancasila yang lima itu. Sama juga Sara Pataanguuna tidak ada, tetapi butir-butirnya ada di mukadimah,” sebutnya.
Dirinya kembali menegaskan, bahwa ide Polima sudah lama dicetuskan dan bukan karena Pilkada. Bahkan dirinya siap membahas Polima dalam sebuah diskusi ilmiah.
“Karena realita kongkrit dan implementasi kajian secara ilmiah saya tuangkan dalam disertasi,” katanya. (**)