Tidak salah jika kita mengatakan kalau dalam dunia politik itu kejam. Dalam politik sama sekali tidak mengenal kawan maupun lawan. Ada pendapat yang mengatakan, jika tidak ada kawan abadi maupun lawan abadi dalam politik, yang abadi hanya kepentingan.
Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan politk? Politik merupakan seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional maupun nonkonstitusional. Jadi memang kalau kita berkecimpung dalam dunia politik, sudah pasti yang ada dalam benak kita adalah bagaimana caranya meraih kekuasaan.
Politikus di Indonesia berasal dari berbagai macam latar belakang, mulai dari pengusaha, tokoh agama, hingga preman ataupun mantan preman. Meski latar belakangnya berbeda-beda, namun sudah dipastikan tujuannya hanya satu yakni meraih kekuasaan, terlepas dari maksud tujuan tersebut.
Rezim tertentu dapat digulingkan begitu saja dengan seni dan ilmu dalam politik. Tidak terhitung banyak korban politik, baik dari korban jiwa, korban sakit jiwa, hingga korban perasaan. Namun itulah segala risiko yang harus diambil, jika kita siap untuk menggeluti dunia politik.
Saat ini di Kota Baubau sedang memasuki siklus politik lima tahunan sekali, yakni pemilihan Walikota (Pilwali) yang puncaknya pada tahun 2018. Meski masih terhitung setahun, namun aroma persaingan yang panas politik sudah mulai tercium.
Bebeberapa tokoh yang menganggap dirinya mumpuni untuk menahkodai Kota Baubau untuk lima tahun kedepan, sudah mulai bermunculan. Ini tentunya merupakan ujian berat bagi petahana AS Tamrin. Dirinya sudah memastikan untuk kembali maju dalam kejamnya pertarungan Pilwali.
Tampuk pemerintahan di Kota Baubau merupakan incaran empuk bagi beberapa tokoh. Siapa yang mau menduduki kursi empuk 01 Kota Baubau? tentu saja hampir semua orang mau, kalau ada kesempatan.
Suatu hal yang tidak terhindarkan jika dalam suatu pertarungan politik baik lini pusat hingga daerah, ada saja yang saling menjatuhkan. Banyak fitnah yang muncul, mulai dari adanya dugaan penggunaan ijazah palsu saat mendaftar sebagai kandidat calon, ada juga kasus kriminal yang pernah dilakukan salah satu kandidat calon, dan sebagainya. Belum lagi gugat menggugat, usai perhitungan suara.
Itulah sekelumit kejamnya dunia politk, ada-ada saja kesalahan yang dicari-cari. Tentu saja yang sangat diharapkan praktek politik yang jujur dan elegan. Namun nampaknya hal itu sangat sulit diwujudkan, ditengah heterogennya kepentingan dalam otak, ditambah lagi dengan hausnya akan kekuasaan. (**)