- Hasil Tangkapan Dinikmati Bersama di Pinggir Pantai
Catatan: Hasrin Ilmi
TRADISI menyuluh menangkap hasil laut di sepanjang pantai Baubau sejak lama sudah menjadi pilihan alternatif masyarakat sepanjang pesisir pantai. Namun tradisi yang banyak terlihat beberapa tahun silam, bahkan puluhan tahun sebelumnya menjadi favorit masyarakat pesisir pantai yang dilakukan pada malam hari dalam kondisi pantai yang surut. Apalagi, ajang ini dimanfaatkan warga sebagai ajang silaturahim setelah banyak aktifitas yang beragam sepanjang hari.

Namun, tradisi ini sudah mulai ditinggalkan dan menyisakan banyak cerita masa lalu yang penuh inspirasi. Berbekal alat yang sangat sederhana seperti keranjang, tombak kecil dan ditemani dengan lampu pelita atau obor digunakan untuk menarik perhatian ikan dan sekedar menjadi penerangan.
Penulis teringat masa masa kecil saat tinggal di pesisir kelurahan Bone-bone yang dikenal sebagai kampung nelayan di Kota Baubau. Kegiatan menyuluh sangat ditunggu-tunggu saat air laut surut besar. Persiapan kecil dilakukan hampir semua anak pesisir yang ingin menyuluh sambil menunggu meti atau surut air laut. Biasanya kegiatan menyuluh dilakukan antara satu malam bulan sampai lima belas malam bulan di langit.
Waktu menyuluh biasanya dimulai usai shalat isha yang dimulai dengan menyalakan strongkeng di pinggir pantai. Menariknya, saat menyuluh bukan hanya anak-anak namun orang tua juga ikut bersama sama menyuluh. Tradisi menyuluh ini juga dijadikan sebagai ajang berkumpul dan silaturahim warga usai melakukan aktifitasnya di laut dengan saling menunjukan hasil temuannya. Mulai dari ikan, gurita, teripang, cumi-cumi dan duri babi yang disantap bersama di pinggir pantai setelah memisahkan hasil laiinya untuk dibawa pulang ke rumah.
Namun, tradisi menyuluh ini sudah mulai ditinggalkan dan hanya terlihat sebagian kecil masyarakat yang tetap melakukan aktifitas ini. Meski demikian, tradisi ini masih tetap dipertahankan sebagain kecil masyarakat pesisir di Kota Baubau.
“Saya masih tetap menyuluh kalau kondisi air laut sudah surut sebagai hiburan, kalupun ada hasilnya Alhamdulilah kalaupun tidak tetap santai,” kata Herman kepada Baubau Post saat ditemui usai menyuluh di pantai Kelurahan Bone-bone baru baru ini.
Tradisi menyuluh ini memberikan kenangan tersendiri bagi penulis karena di tengah kehidupan modern dengan alat tangkap ikan yang semakin canggih masih ada juga warga yang tetap melestarikan budaya ini meski sekadar hiburan mengingat besarnya manfaatnya. Hiburan, berkumpul hingga ajang bersama menikmati nikmat Tuhan yang diberikan. (***)
Nonton Juga Video Berikut
WARGA WABULA DI BUTON GELAR PESTA ADAT PIDOA’ANO KURI