BAUBAU, BP- Pemerintah Kota Baubau megelar upacara memperingati hari lingkungan hidup sedunia di halaman Kantor Walikota Baubau, Senin (10/06). Wakil Walikota La Ode Ahmad Monianse memimpin upacara tahunan itu.
Dalam sambutannya Monianse menjelaskan, ancaman terbesar manusia yakni pencemaran udara. Sudah banyak korban yang berjatuhan karena keracunan polusi udara. Data WHO menyebut setiap tahun 7 juta orang meninggal karena polusi udara. Di seluruh dunia tercatat 9 dari 10 orang terpapar pencemaran udara yang berasal dari kendraan bermotor, industri, pertanian dan pembakaran sampah.
“Peringatan hari lingkungan hidup sedunia tahun ini ditandai dengan peringatan dari WHO tentang salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia yaitu polusi udara,” jelasnya di hadapan peserta upacara.
Untuk itu pemerintah akan melakukan upaya-upaya untuk menekan polusi udara, antara lain dengan menerapkan pengunaan bahan bakar bersih. Upaya ini berpotensi menurunkan tingkat emisi karbon dioksida sebesar 55 persen atau 280.721,8 ton per tahun.
“Pengurangan emisi sulfur dioksida dan sekaligus memberikan keuntungan ekonomi sebesar Rp 1.970 triliun dari pengurangan biaya kesehatan, pengurangan biaya produksi kendraan bermotor dengan standar antara kendraan untuk pemakaian dalam negeri dan untuk ekspor, serta pengurangan biaya subsidi bahan bakar selama 25 tahun penerepanya,” paparnya.
Monianse juga mengatakan, ada beberapa kebijakan terkait dengan penggunaan bahan bakar yang distandarisasi Kementerian Lingkungan Hidup untujk dapat mengurangi polusi. Kebijakan penggunaan bahan bakar Biodiesel 20 persen atau B20 untuk kendaraan yang kemudian diperluas untuk kendraan Non Public Service Obligation (PSO).
“Selain memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) hingga 6 sampai 9 juta ton per tahun di banding dengan pengunaan solar murni (BO), juga dapat memperbaiki kualitas porses pembakaran kendaraan motor,” jelasnya.
Polusi udara juga bukan hanya disebabkan oleh asap kendaraan, tapi juga pembakaran hutan yang marak terjadi. Sehingga perlu pemecahan masalah kebakaran hutan yang terjadi dan lahan yang menyentuh pada akar permasalahan penataan dan pengolahan lahan gambut.
“Penetapan ekosistem gambut seluas 24,14 juta hektar yang terdapat di dalamnya sejumlah 865 unit kesatuan hidrologis gambut, telah berhasil dijadikan landasan untuk perbaikan pengolahan ekosistem gambut. Pemulihan di lahan masyarakat dilakukan melalui program kemandirian masyarakat mencapai 8.382 hektar pada tahun 2018,” pungkasnya.
Peliput: LM Syahrul