Peliput: Iman Supa
RAHA, BP – Sitti Herni (39), yang merupakan warga asal Desa Masalili Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna menjelaskan beberapa ramuan yang menjadi bahan alami sebagai pewarna untuk kain tenun khas daerah Muna.
Sitti Herni saat ditemui pada Selasa (25/04) yang sudah pandai menenun sejaak umur lima tahun ajaran neneknya ini mengatakan, bahan alami untuk mewarnai kain tenun Muna diambil dari batang kayu, dedaunan, hingga akar kayu.
“Pembuatan warna coklat diolah dari bahan alami daun sukun, mahoni, batang kayu bakau serta sabuk kepala,” jelasnya.
Sementara daun mangga, sembaka, batang kayu nangka, dan kunyit akan menghasilkan warna kuning pada kain yang ditenun.
“Warna merah itu berasal dari olahan akar mengkudu, kulit bawang, bakau bisa jadi merah hati, kalau warna ungu dari batang kulit kayu jambu mente,” ungkapnya.
Dijelaskan, pada masa-masa teredahulu, para penenun biasa menggunakan daun jati untuk menghasilkan warna merah.
“Ilmu ini didapat dari nenek saya, namun warna merah dari daun jati masih bingung bagaimana proses pembuatannya,” katanya.
Untuk diketahui, kain tenun berasal dari buah kapuk yang kemudian bijinya dikeluarkan, dan dipukul untuk memisahkan antara kapas kapuk dan biji kapuk. Kemudian hasil dari pemukulan yang sudah halus, digulung sedikit demi sedikit yang kemudian berbentuk benang, dan diberi warna sesuai keinginan penenun.
“Proses pembuatan warna membutuhkan waktu lima sampai enam hari, itupun tergantung cuaca sinar matahari sehingga warna yang lebih cerah” katanya.
Sejauh ini, Herni telah mengajarkan ilmu tenun kepada anak, keluarga maupun masyarakat Masalili. Namun iia belum membuka tempat pelatihan khusus menenun.(*)