F01.6 Tari Saride salah satu kekayaan budaya masyarakat pulau Tomia. FOTO Duriani Baubau Post 2 Copy Tari Saride salah satu kekayaan budaya masyarakat pulau Tomia. FOTO Duriani Baubau Post (2)

TOMIA adalah salah satu pulau yang menyempurnakan kata WAKATOBI. Dimana kata Wakatobi merupakan akronim dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko. Potensi dan budaya pulau Tomia juga menyempurnakan keberagaman budayan di Kabupaten Wakatobi. Pulau Tomia adalah satu pulau penting di Wakatobi karena kerap kali jadi tujuan wisatawan mancanegara (wisman).

Laporan: Duriani, Wakatobi

MENJADI pulau tujuan wisatawan baik itu domestic maupun mancanegara di kawasan timur indonesia, tentu potensi alam dimiliki termasuk budaya adat-istiadat menjadi keharusan untuk dilestarikan. Itulah yang dikembangkan pemerintah dan masyarakat di pulau Tomia Kabupaten Wakatobi.

Pulau Tomia yang juga sebagai pulau terluar di jazirah Provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan mancanegara. Memiliki spot penyelaman terindah di Indonesia yang biasa disebut “Mari Mabok”. Di pulau Tomia juga memiliki tradisi dan budaya dikenal sangat beragam pengaruhnya mulai dari pengaruh Buton, Bugis, Makassar, Maluku, Flores, Jawa dan bahkan Sumatera.

Memiliki 30 titik penyelaman dan snorkeling, letak geografis pulau Tomia sangat strategis dijalur maritime yang melahirkan keberagaman budaya hasil akulturasi dengan budaya lain di nusantara seperti masyarakat bahari pada umumnya. Masyarakat pulau Tomia menganggap laut sebagai penyelamat keberlangsungan hidup.

“Tidaklah heran, jika pulau Tomia berdiri sebuah resort berkelas internasional. Sehingga wisatawan mancanegara menjadikan pulau Tomia tujuan wisatawan utama di Kabupaten Wakatobi. Oleh lembaga dunia seperti UNISCO pun mengakui Wakatobi sebagai daerah unik dan menetapkannya sebagai pusat Cagar Bisofer Dunia,” ucap La Ode Syafihuddin, mantan Camat Tomia beberapa waktu lalu.

Untuk lebih meningkatkan daya tarik bagi wisatawan, akhir tahun lalu pemerintah dan masyarakat pulau Tomia menggelar Parade Budaya dan Festival Pulau Tomia. Dalam event itu, diisi dengan berbagai atraksi seni dan budaya warga setempat.

Berbagai tarian tradisional dipentaskan seperti Lutunani. Tari Lutunani oleh masyarakat pulau Tomia ppada jaman dulu dipersembahkan untuk menjemput tamu. Ada juga tarian Sajo Moane sebuah tarian perang-perangan yang diiringi dengan gendang dan gamelan.

Terlihat juga warga pulau Tomia seperti ibu-ibu secara berbarengan membuat kue Karasi. Kue Karasi itu berupa camilan khas tradisi Wakatobi yang menyerupai benang dan saling berkait sebagai simbol kesatuan dalam ikatan. Di penghujung kegiatan diakhiri dengan ritual Siri Wale, dimana warga berkumpul di Pantai Lakota pulau Tomia melakukan ritual mandi bersama-sama dan makan di laut.

“Masyarakat pulau Tomia meyakini bahwa laut adalah sumber berkah dan harus dijaga kelestariannya demi keberlangsungan anak cucu. Festival itu menjadi wujud rasa syukur akan berkah laut yang tidak pernah putus dan pengaharapan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberi keselamatan di darat serta di laut,” tutup La Ode Syafihuddin. (*)

Visited 1 times, 1 visit(s) today