F01.3 Ilustrasi

– Sanitasi Tidak Bersih Menjadi Penyebab Utama

Peliput: Amirul – Editor: La Ode Adrian

BATAUGA, BP – Sanitasi yang tidak bersih merupakan penyebab terjadinya penyakit frambusia yang sangat mudah menular, frambusia sendiri merupakan jenis penyakit kulit, dimana penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil-bintil kecil pada kulit yang letaknya berdekatan. Dan setelah matang, bintil-bintil tersebut merekah dan mengeluarkan nanah.

Oleh karena itu, wilayah Batuatas dan Kadatua menjadi prioritas daan perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Selatan, mengingat kedua wilayah tersebut masih kekurangan air bersih yang merupakan kebutuhan vital masyarakat.

Data tingginya angka penyakit menular frambusia di Kabupaten Buton Selatan, membuat Kementrian Kesehatan RI menggelar pertemuan Advokasi Sosialisasi Survey Serologi Frambusian di Aula SMKS Alsafitri belum lama ini, dengan target eradikasi frambusia tahun 2020 lenyap.

Dalam kegiatan itu, Pj Bupati Busel Dr OMN Ilah Ladamay berharap penyakit frambusian dari waktu ke waktu bisa diatasi secara tuntas.

Untuk itu, ia meminta Dinas Kesehatan Busel dan seluruh jajaran untuk bekerja ekstra penuh tanggung jawab memerangi kasus yang hampir sebagian besar wilayah Indonesia tak terjadi lagi itu.

Namun ia mengaku prihatin penyakit frambusia masih terjadi di Busel, olehnya ia juga meminta kepada seluruh jajaran pemerintah untuk bekerjasama menanggulangi kasus ini dengan memperbaiki sanitasi ditengah masyarakat temtang kebutuhan air bersih.

“Kita berharap dari waktu ke waktu bisa diatasi, masalah sanitasi semakin tahun semakin membaik. Saya pikir ini tanggungjawab pemerintah yang menangulangi, sehigga tidak ada lagi kasus-kasus seperti ini,” ujarnya.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Busel dr Darwis Makka mengatakan, kasus penyakit frambusian ini diakibatkan sanitasi air bersih yang berbakteri. Kondisi ini ditemukan di masyarakat di Kepulauan Batuatas dan Kadatua, dimana kasus penyakit frambusian ini hampir sama dengan HIV AIDS.

Kata dia, untuk di Batuatas dan Kadatua sudah dilakukan pencegahan sejak 2016 lalu, dengan memberikan pengobatan antibiotik pencegahan secara masal kepada masyarakat diwilayah tersebut.

Dijelaskan, penderita bisa dikatakan bebas dari penyakit frambusian jika bintil-bintil yang ditimbulkan tak lagi nampak selama tiga tahun. Dan penyebab utama dari penyakit ini, adalah penggunaan air yang tidak bersih.

Berdasarkan sejarahnya, frambusian tidak lagi diteukan di Busel sejak tahun 2010 dan 2011. Namun ditahun 2012, penyakit tersebut ditemukan kembali pada dua orang pasien di puskesmas Kadatua. Dan pada tahun 2013, terjadi peningkatan pada nyakit yang sama dengan pendertia sebanyak enam orang yang jugaa menjangkiti lima orang lainnya.

Namun pada 2014 setelah Busel mekar sebagai DOB, frambusian berhasil dibasmi. Tapi pada tahun 2015, penyakit tersebut kembali muncul dengan dua orang penderita pada wilayah puskesma Batuatas yakni satu orang dari Desa Tolando Jaya dan satu lainnya di Desa Wambongi.

Dan setelah dilakukan pemberian obat pencegahan massal ditahun 2016, ternyata membuahkan hasil, dimana hingga April 2017 saat ini penyakit tersebut tak lagi ditemukan.

Sementara itu, dr Heny Triviani MKes Kabid P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sultra menyatakan, di Indonesia sendiri penyakit frambusian tinggal terdapat pada lima provinsi yang salah satunya Provinsi Sulawesi Tenggara.

Namun diketahui, dari 17 kabupaten/kota se Sultra, masih terdapat empat kabupaten yang terjadi penyakit frambusian termasuk daerah Kabupaten Buton Selatan. Dan dianggap, hal ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah daerah untuk membasmi penyakit tersebut hingga tuntas tak tersisa.

Heny Triviani menjelaskan, dalam hal ini ketidak tersediaan air bersih pada satu wilayah akan menyulitkan untuk membasmi frambusian. Oleh karena itu, ia mengajak Pemerintah Kabupaten Buton Selatan terutama Dinas PU Busel untuk bekerja sama dengan menyediakan sarana dan prasana air bersih ini.

Bukan hanya itu, ia juga mengajak dan meminta dukungan pemerintah kecamatan hingga desa untuk menyediakan fasilitas air bersih, dan bersama mengobati juga membasmi penyakit frambusian.

“Percuma kepala desa punya uang banyak, punya dana desa, tapi kalau masyarakatnya tidak sehat, masih ada ditemukan penyakit frambusian dan penyakit menular lainnya,” pungkasnya.(*)

Visited 1 times, 1 visit(s) today