Peliput: Amirul
BATAUGA, BP – Pasca peralihan kewenangan SMA sederajat diambil oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, dari triwulan pertama hingga triwulan kedua Dana Batuan Operasional Sekolah (BOS) tak kunjung cair. Terpaksa, seluruh biaya operasional untuk menunjang kegiatan ditanggung oleh pihak sekolah dengan mengutang dari pihak lain.
Kepala SMAN 1 Batauga Hanafi SPd MPd mengungkapkan, saat ini yang menjadi kendala utama adalah dana BOS, sebab sejak Januari hingga awal Mei ini belum ada kejelasan terkait pencairan dana BOS tersebut, sementara untuk menunjang kebutuhan kegiatan sekolah harus ada anggaran yang dikeluarkan sehingga mau tidak mau pihak sekolah harus berutang.
“Jadi selama belum cair Dana BOS saya mengutang dibeberapa toko ATK untuk kebutuhan sekolah. Tapi dua bulan terakhir pihak toko tidak mau lagi diutang,” ungkap Hanafi saat ditemui diruangannya pada Selasa (02/05).
Selain itu, peralihan kewenangan dari pemerintah daerah ke provinsi juga membuat regulasi baru yakni sekolah harus membuat rencana anggaran sekolah dan membuat rencanan anggaran ke Dinas Pendidikan Provinsi Sultra, sementara faktor geografis salah satu kendala bagi sekolah diwilayah pelosok, sehingga komunikasi antara sekolah dan Dinas menjadi terhambat.
“Komunikasi itu yang menjadi kendala, sementara dinas mengharapkan bisa setor semua sekolah. Kalau sekolah di Busel sudah aman, saat ini hanya menunggu realisasi Dana BOS,” ucapnya.
Kata Hanafi, hutang yang dibuat oleh sekolah tidak terindahkan, ketimbang harus mengorbankan kegiatan sekolah yang sudah direncanak tidak berjalan.
“Terpaksa kami utang kiri kanan, saya itu sampai-sampai tidak diterima lagi mengutang karena utang beberapa bulan yang lalu belum dibayar, saya berbesar jiwa saja,” ungkapnya.
Apalagi untuk membiayai kegiatan sekolah seperti guru pengawas ujian, rapat dan lain-lain. Jika dihitung sudah cukup besar biaya yang dikeluarkan.
“Misalnya guru mengawas ujian, untuk transpor misal diberi Rp 5000, belum makan minum kemudian dikali 83 guru disini, itu masih satu kegiatan belum kegiatan lain,” ucapnya.
Namun kondisi ini bukan hanya dirinya saja yang meraskan, pasalnya belum cairnya Dana BOS terjadi di seluruh sekolah tingkat SMAN sederajat se Indonesia. Hanafi berharap, kondisi tersebut tidak berlarut-larut, karena akan berdampak pada kegiatan sekolah.
“Harapan kami dana BOS segera cair. Kasian kami, agar tidak setengah mati seperti ini, tidak ada uang melakukan kegiatan sekolah. Inilah yang menjadi komplain semua kepala sekolah, dan umunya seluruh Indoensia, apa boleh buat, terpaksa harus menghutang,” katanya.(*)